Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Berhias, bagian dari nikmat Allah yang diberikan kepada para
hamba-Nya. Fitrah sehat manusia, menuntut mereka agar selalu merawat
dirinya, berpenampilan menarik di hadapan orang lain, sehingga dia lebih
dihargai. Karena itulah, Allah mencela orang musyrik yang tidak mau
memakai baju ketika thawaf, dengan alasan ibadah,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik?” (QS Al A’raf: 32)
Allah memuliakan perhiasan di tangan manusia, dengan Allah sebut
’zinatullah’ perhiasan dari Allah. Untuk menegaskan bahwa Dialah yang
menciptakan perhiasan ini dan menghalalkannya untuk para hamba-Nya. Yang
sekaligus menjelaskan kepada manusia bahwa hukum masalah perhiasan
kembali kepada Allah bukan kepada selainnya. (Zinatul Mar’ah Muslimah, hlm. 9)
Berhias Untuk Suami, Itu Ibadah
Terlebih bagi para wanita, yang Allah ciptakan sebagai pasangan
lelaki bani Adam, fitrah berhias berperan penting dalam hidupnya. Bahkan
fitrah ini bisa mengendalikan kebahagiaan kehidupan rumah tangganya.
Hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan predikat sebagai wanita terbaik, ketika sang istri bisa menyenangkan hati suaminya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, ’Ya Rasulullah, wanita seperti apakah yang paling baik?’
Beliau bersabda,
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
“Wanita yang menyenangkan suaminya apabila dilihat, mentaati suaminya
ketika diperintah, tidak melakukan perbuatan yang membuat suaminya
marah, dan tidak membelanjakan harta yang membuat suaminya benci.” (HR.
Ahmad 7421, Nasai 3231, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Imam as-Sindi menjelaskan,
إِذَا نَظَرَ ؛ أَيْ لِحُسْنِهَا ظَاهِرًا أَوْ لِحُسْنِ أَخْلَاقهَا بَاطِنًا وَدَوَام اِشْتِغَالهَا بِطَاعَةِ اللَّه وَالتَّقْوَى
”Menyenangkan suaminya apabila dilihat” karena dia indah dari luar,
baik akhlaknya dari dalam, sibuk melakukan ketaatan kepada Allah dan
bertaqwa kepada-Nya.” (Hasyiyah as-Sindi, 6/68).
Berhias Lahir Batin
Batin jelas lebih penting dari pada lahir. Semua orang sepakat itu.
Apalah artinya orang hanya memperhatikan lahir, tapi tidak peduli dengan
batinnya.
Karena itulah, ketika Allah menyebutkan tentang nikmat pakaian
sebagai perhiasan, Allah juga mengingatkan akan pentingnya menghiasi
hati dengan taqwa,
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa, itulah yang paling baik”. (QS. Al-A’raf: 26)
Taqwa merupakan pakaian batin, yang itu lebih indah dibandingkan
pakaian lahir. Karena orang yang bertaqwa kepada Allah dan berusaha
untuk selalu istiqamah, dia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. (Tafsir as-Sa’di, hlm. 286)
Dan kita bisa menjamin, orang yang memiliki pakaian taqwa, hatinya
dihiasi dengan taqwa, dia akan memperhatikan pakaian luar, agar tidak
mengundang murka Tuhannya.