Alamat E-mail Nurul Hidayah:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com
Tampilkan postingan dengan label Wanita idaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wanita idaman. Tampilkan semua postingan

AKHLAK MULIA

Pengertian Akhlak Mulia

Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun.
Akhlak mulia berati seluruh prilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist, yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW kepada kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup. Akhlak beliau adalah Akhlak Al-Quran.

Akhlak atau adab sopan santun yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW itu meliputi akhlak manusia kepada Allah SWT dan Akhlak terhadap sesama ciptaan Allah, termasuk didalamnya akhlak terhadap diri sendiri karena diri sendiri itu termasuk ciptaan Allah Juga, (lahir dan batin)


Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu  :

1. Akhlak kepada Allah
Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampaikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.

2. Akhlak kepada ciptaan Allah
Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama mahluk Allah yang baik yang gaib maupun yang nyata, benda hidup ataupun benda mati.
Mengingat sangat luasnya cakupan akhlak ini karena menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, maka secara garis besar struktur akhlak mulia terhadap seluruh ciptaan Allah itu dapat digambarkan seperti struktur sederhana berikut ini


1. Ciptaan Allah yang gaib

a) Gaib Dalam Arti Positif
  1. Malaikat
  2. Qada dan Qadar
  3. Kiamat, Alam Kubur, Padang Mashar Dll
  4. Surga, Neraka dan Segala Penghuninya
  5. Dan Lain – Lain

a) Gaib Dalam Arti Negatif
  1. Iblis, Jin, Syetan
  2. dan Benda serta Alam Gaib Lainnya
2. Ciptaan Allah yang Nyata

a) Sesama Manusia
  1. Nabi dan Rasul
  2. Keluarga

Diri Sendiri
Orang Tua
Kerabat Dekat, Kerabat Jauh dan Seterusnya
Tetangga Dekat dan Tetangga Jauh
Sesama Muslim
Non Muslim

b) Selian Manusia
  1. Tumbuhan
  2. Hewan
c) Benda Mati
  1. Bumi dan Segala Isinya
  2. Benda Luar Angkasa

Walau struktur yang disampaikan masih sangat jauh dari lengkap dan sempurna, namun diharapkan akan bisa memberikan gambaran cakupan akhlak mulia yang sudah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW
Seluruh sikap dan perilku serta adab sopan santun terhadap semua ciptaan Allah sudah termuat dan tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Tinggal bagaimana kita bisa mempelajarinya secara benar dan teliti serta mengamalkannya
Pembahasan masalah Akhlak  adalah pembahasan yang sangat luas, sama luasnya dengan seluruh aspek kehidupan manusia serta variasi – variasinya.

Secara garis besar fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia adalah :
1. Sebagai pengamalan Syariat Islam
Sebagai pengamalan Syariat Islam. Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam semeste telah memberikan tuntunan prilaku dan etika secara sempurna, sehingga dengan niat karena Allah SWT, pengamalan akhlak yang mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi umat islam yang mengamalkanya.

2. Sebagai Identias
Sebagai Identias, Akhlak mulia ini diperuntukkan oleh Allah kepada manusia yang berakal budi karena dengan tuntunan akhlak yang mulia akan bisa membedakan antara manusia dengan hewan.

3. Pengatur Tatanan Sosial
Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial berarti dengan pengamalan akhlak mulia yang sudah dicontohkan oleh yang Mulia Saydina Muhammad SAW mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini tatanan sosial yang terbentuk  semakin memberikan makna dan nilai yang tidak saling merugikan.

4. Rahmat Bagi Seluruh Alam
Akhlak Mulia Sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam berarti akhlak mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya mengatur tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara manusia dengan makhluk – makluk lain selian manusia dan alam sekitarnya

5. Perlindungan Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM )
Akhlak Mulia Sebagai Perlindunagn Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM ) berarti dengan menjalin hubungan yang baik berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk hubungan yang saling menghargai dan saling menguntungkan
Selanjutnya secara bertahap kita akan mencoba melakukan kajian akhlak mulia ini sesuai dengan aturan dan tatanan ilmu tauhid yang benar dan yang menjadi acuan dalam kajian kita.


Akhlak Seorang Muslim Terhadap Allah SWT
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya , Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal ini mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah-lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.

Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah :

1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya 
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS.4:65):

“Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW juga menguatkan makna ayat di atas dengan bersabda (yang artinya):
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan Sunnah).” (HR.Abi Ashim al-syaiban)

2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya, kehidupan inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenya, seorang mukmin senantiasa meyakini, apapun yang Allah berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda (yang artinya):
Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya),
“ Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/imam/ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Muslim)

3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin (baca; tsaqih) terhadap apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):
“sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.”(HR. Bukhari).

Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki kebaikan bagi diri kita.

4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam al-Qur’an Allah berfirman(QS.3:135):
“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.”

5. Obsesinya adalah keridhaan Ilahi. 

Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut ‘terpaksa’ harus mendapatkan ‘ketidaksukaan’ dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:
“Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia.”(HR. Tirmidzi, Al-Qadha’i dan ibnu Asakir).

Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, orientasi yang dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dpuji oleh orang lain.

6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya. 

Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. baik ibadah yang bersifat mahdhah, atauppun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakekatnya, seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS.51:56):
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak-gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerapkan hukum Allah di muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.

7. Banyak membaca Al-Qur’an. 
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya.

Demikian juga dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Apalagi manakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang demikian besarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita: “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya.”(HR. Muslim)

Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda (yang artinya): “Orang (mukmin) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mukmin yang membaca Al-Qur’an, sedang ia terbata-bata dalam membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat.”(HR. Bukhori Muslim).

“Wallahu A’lamu Bishowab”

Membangun Ahklaq Yang Mulia Dalam Kehidupan

Perilaku dan Tabiat Manusia, baik yang terpuji maupun tercela disebut akhlak. Dalam bahasa Indonesia, akhlak sering disebut “moral” atau “etika”. Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab, akhlaq.

Secara umum kedudukan akhlak adalah universal. Nilai-nilai standar tentang akhlak sudah dihujamkan oleh Allah SWT ke dalam jiwa manusia sejak mereka lahir :

“Maka Dia ilhamkan dalam jiwa itu kecenderungan untuk berbuat buruk (hawa nafsu) dan kecenderungan untuk berbuat takwa” (QS asy-Syams [91] : 8).

Di sudut manapun di dunia ini, baik mereka yang mengenal Islam ataupun yang buta sama sekali, mereka semua akan memandang perbuatan dusta, ingkar-janji, fitnah dan berbagai keburukan perilaku yang lain sebagai perbuatan yang hina, culas dan salah. Jiwa manusia standar mengakui ini.

Datangnya Islam, adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sesuai dengan sabda
Rasulullah: انما بعثت لاتمم مكارم الأخلاق (Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak).

Akhlak dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika dibatasi pada sopan santun antara sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah, dan semata didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan.

Lebih dari itu akhlak adalah ibadah yang mesti didasarkan atas semangat penghambaan kepada Allah Ta’ala.

Seorang Muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah. Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari pamrih, pujian, atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan akan mencukupi untuk menjadi bekal pulang ke negeri akhirat nanti.

Puncak derajat kemanusian seseorang dinilai dari kualitas akhlaknya. Bahkan kualitas keimanan pun juga diukur dari akhlak. Seluas apapun kadar kelimuan seseorang tetang Islam, sehebat apapun dirinya ketika melakukan ibadah, atau sekencang apapun pengakuannya tetang kuatnya keimanan yang dia miliki, semua itu tidak memberi jaminan.

Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai kemuliaan seseorang adalah kualitas akhlaknya.

Ada beberapa sasaran akhlak dalam Islam :

1. Akhlak terhadap Allah :

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji. Bertasbih kepada-Nya. Memuji kepada-Nya. Bertawakal kepada Allah. Bersyukur kepada Allah. Bersabar atas segala Ujian dan cobaan yang diberikan Allah.

2. Akhlak terhadap sesama manusia :

Pilar-pilar yang merupakan kunci kemuliaan akhlak :

-Jujur terpercaya :

Kejujuran merupakan pondasi terpenting dalam bangunan akhlak. Tanpa kejujuran akan hilang kepercayaan. Selembut apapun sikap seseorang, seramah apapun tutur katanya, bahkan seproduktif apapun kegemarannya menolong orang lain, tetap saja semua itu tidak banyak membantu jika tidak jujur. Orang lemah lembut tapi tidak jujur akan diprasangkai punya maksud buruk di balik keramahannya itu.

Adapun cara untuk bisa jujur terpercaya hal-hal yang mesti dilakukan adalah:

Jujur perkataan : Pastikanlah bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan kita terlebih dulu telah melalui proses pertimbangan yang matang. Jangan sampai kita tergelincir dengan mengatakan sesuatu berupa kebohongan, sengaja atau tidak. Ketika sekali saja berbohong, maka kebohongan itu akan terus menghatui dan memenjarakan dirinya. Dia akan ketakutan jika sewaktu-waktu kebohongannya akan terbongkar. Dia akan terus menutupi kebohongannya dengan berbohong kembali agar kehormatannya selamat.

Menepati Janji : Janji itu sejenis sumpah, dan sumpah itu adalah hutang yang akan terbawa sampai mati. Siapapun yang berjanji, maka janji itu benar-benar harus diperjuangkan mati-matian untuk ditepati. Kita harus rela berkorban demi janji ini ditepati. Karena kesanggupan menepati janji adalah bukti kemuliaan akhlak seseorang.

Melaksanakan amanah :

“Hai orang-orang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad saw) dan janganlah kalian mengingkari amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kalian mengetahui.” (QS al-Anfal [8]: 27).

Bertanggung jawablah bila melakukan kesalahan. Seberat apapun hukuman dunia yang harus dipikul karena kesalahan itu, masihlah lebih ringan dibandingkan hukuman berupa siksa Allah yang perihnya tiada terlukiskan oleh gambaran apapun. Bertanggung jawablah selaku orang mu’min. bertanggung jawablah selama di perjalanan. Jangan menyerobot, tak mau antri, dan selalu berbuat bising di jalan. Dll.

- Ramah dan lemah lembut :

keramahan merupakan perpaduan dari amal-amal hati, niat yang tulus, serta kegigihan untuk selalu bersikap baik. Keramahan merupakan tahap awal kemuliaan akhlak. Alasannya adalah :

1. Keramahan adalah tanda kerendahan hati, ketawadhuan. Orang yang sombong cenderung untuk bersikap kasar, berhati keras, ketus, angkuh, dalam gerak-gerik maupun ucapannya.

2. Keramahan merupakan tanda kesabaran dan kesanggupan mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan aneka macam perilaku orang lain.

3. Keramahan yang tulus merupakan indikasi melimpahnya rasa kasih sayang dan kegemaran hati untuk menghormati orang lain. Di sana tumbuh rasa persaudaraan yang menjadi dasar sikap mulia dan kebahagiaan. Keramahan sulit sekali dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan permusuhan.

Bila kita ingin memiliki keramahan, komponen-komponen di bawah ini insya Allah bisa kita jadikan bahan evaluasi diri sekaligus sebagai program pelatihan mandiri untuk menjadi pribadi yang ramah :

a. Wajah yang cerah dan jernih

b. Tutur kata yang lembut

c. Sikap yang sopan dan penuh etika

d. Berjiwa lapang-dada dalam menyikapi orang lain

Agar kita berlapang dada, ada beberapa persiapan-persiapan yang harus kita lakukan:

1.Persiapkanlah mental kita bahwa kita harus siap menghadapi orang yang kurang menyenangkan, orang yang kurang menghargai atau bahkan orang yang hendak meremehkan kita.

2.Belajarlah untuk memaklumi dan memahami bahwa latar belakang seseorang amat beragam, sering berbeda-beda.

3.Berbaik sangkalah kepada siapapun karena Allah. Jangan biasakan mengawali sesuatu dengan prasangka buruk, karena itu akan sangat mempengaruhi cara berpikir, cara bersikap dan bertutur kata.

4. Mengalahlah. Mengalahlah jika sekiranya akan menjadi kebaikan bagi semua.

5.Maafkanlah, dan janganlah mata ini terpejam sebelum berikrar untuk memaafkan orang lain.

- Akhlak terhadap lingkungan.

Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Islam terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhui atas pelbagai persoalan umat, Penerbi Mizan
Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar, PT Ictiar Baru Van Hoeve
Abdullah Gymnastiar, Pilar-pilar Akhlak Mulia, MQS Pustaka Grafika
AA. Qowiy, 10 Sikap Positif, Penerbit Rosda Karya
Nurkholis Madjid, Pesan-Pesan Takwa, Paramadina
Harun Yahya, Bagaimana Seorang Muslim Berfikir, Robbani Press
Sa’id Hawwa, Al-Islam, Al-I’tishom Cahaya Umat
oleh Umi Barkat

Pengertian Akhlak Mulia

Akhlak. Kajian Akhlak Tauhid. Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun. Akhlak mulia berati seluruh prilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist  yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW kepada kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup. Akhlak beliau adalah Al-Quran.

Akhlak atau adab sopan santun yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW itu meliputi akhlak manusia kepada Allah SWT dan Akhlak terhadap sesama ciptaan Allah, termasuk didalamnya akhlak terhadap diri sendiri karena diri sendiri itu termasuk ciptaan Allah Juga, lahir dan batin.

Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu:

1 Akhlak kepada Allah

    Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.

2  Akhlak kepada ciptaan Allah

    Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.

Mengingat sangat luasnya cakupan akhlak ini karena menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, maka secara garis besar struktur akhlak mulia terhadap seluruh ciptaan Allah itu dapat digambarkan seperti struktur sederhana berikut ini.

       

1. Ciptaan Allah yang gaib

   

   
   

a) Gaib Dalam Arti Positif
  
    i   Malaikat

    ii Qada dan Qadar

    iii Kiamat, Alam Kubur, Padang Mashar Dll

    iv Sorga, Neraka dan Segala Penghuninya

    v Dan Lain – Lain

   

b) Gaib Dalam Arti Negatif

     i Iblis, Jin, Syetan

    ii danBenda serta Alam Gaib Lainnya

       

2. Ciptaan Allah yang Nyata

    1. Sesama Manusia

            i. Nabi dan Rasul
            ii. Keluarga
  
                ▪  Diri Sendiri

                ▪ Orang Tua
                ▪ Kerabat Dekat, Kerabat Jauh dan Seterusnya
                ▪ Tetangga Dekat dan Tetangga Jauh 
                ▪ Sesama Muslim
                ▪ Non Muslim
    2. Selian Manusia
           i Tumbuhan
           ii Hewan
   3. Benda Mati
          i Bumi dan Segala Isinya
          ii Benda Luar Angkasa

Walau struktur yang disampaikan masih sangat jauh dari lengkap dan sempurna, namun diharapkan akan bisa memberikan gambaran cakupan akhlak mulia yang sudah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW

Seluruh sikap dan perilku serta adab sopan santun terhadap semua ciptaan Allah sudah termuat dan tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Tinggal bagaimana kita bisa mempelajarinya secara benar dan teliti serta mengamalkannya

Pembahasan masalah Akhlak  adalah pembahasan yang sangat luas, sama luasnya dengan seluruh asoek kehidupan manusia serta variasi – variasinya.

Secara garis besar fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia adalah :

1. Sebagai pengamalan Syariat Islam

Sebagai pengamalan Syariat Islam. Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam semeste telah ,e,berikan tuntunan prilaku dan etika secar sempurna, sehingga dengan niat karena Allah SWT, pengamalan akhlak yang mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi umat islam yang mengamalkanya.

2. Sebagai Identias

Sebagai Identias, Akhlak mulia ini diperuntukkan oleh Allah kepada manusia yang berakal budi karena dengan tuntunan akhlak yang mulia akanbisa membedakan antara manusia denga hewan.

3. Pengatur Tatanan Sosial

Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial berarti dengan pengamalan akhlak mulia yang sudah dicontohkan oleh yang Mulia Saydina Muhammad SAW mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini tatanan sosial yang terbentuk  semakin memberikan makna dan nilai yang tidak saling merugikan.

4. Rahmat Bagi Seluruh Alam

Akhlak Mulia Sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam berarti akhlak mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya mengatur tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara manusia dengan makhluk – makluk lain selian manusia dan alam sekitarnya.

5. Perlindungan Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM )

Akhlak Mulia Sebagai Perlindunagn Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM ) berarti dengan menjalin hubungan yang baik berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk hubungan yang saling menghargai dan saling menguntungkan.

Selanjutnya secara bertahap kita akan mencoba melakukan kajian akhlak mulia ini sesuai dengan aturan dan tatanan ilmu tauhid yang benar dan yang menjadi acuan dalam kajian K-I-T-A.

Semoga Allah selalu membimbing kita

dengan ilmunya sehingga kita semua terhindar

dari perbuatan yang keji dan mungkar.


Yasmanu

Pesan Email

Nama

Email *

Pesan *

Selamat datang di blog Yayasan Masjid Nurul Hidayah, Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga anda senang ::: Simak berbagai info YASMANU Online melalui Facebook. Follow @Yasmanu :::: Kritik, saran, informasi atau artikel dapat dikirimkan kepada kami melalui email:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com :::: Info pemasangan iklan, hubungi email Nurul Hidayah:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com atau telepon 081-259436578 :::