Alamat E-mail Nurul Hidayah:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com
Tampilkan postingan dengan label Tugas Ibu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tugas Ibu. Tampilkan semua postingan

Aturan Hidup Bermasyarakat yang Perlu Diajarkan ke Anak


“Huh! Heran deh anak sekarang, masih kecil susah banget di aturnya”.
Kita mungkin sering mendengar keluhan seperti ini dari banyak orang tua. Hidup dengan peraturan bagi anak usia dini susah – susah gampang untuk mereka laksanakan. Usia mereka yang sedang aktif dan ingin mengetahui segala hal yang ada di sekitar lingkungannya terkadang sering salah di artikan oleh orang dewasa. Kita sering mengatakan mereka bandel, susah di atur hanya karena anak-anak itu tetap melanjutkan acara bermainnya ketika di suruh mandi. Inez, sahabat saya yang penggiat dunia anak mengatakan ini adalah Kita mengajarkan disiplin pada anak-anak untuk giat, untuk bekerja, untuk kebaikan. Bukan untuk membuat mereka menjadi loyo, pasif atau penurut bentuk ketidak adilan pada anak.
“Sebenarnya kita ini orang dewasa sering tidak adil pada anak. Coba bayangkan ketika mereka asyik bermain,kita menyuruh mereka berhenti. Bagaimana kalau kita sendiri yang lagi asyik mengerjakan sesuatu di suruh berhenti? Apa yang akan kamu lakukan? Berhenti atau malah tetap melanjutkan?”
“Lanjutkan! Saya tersenyum menirukan slogan salah satu partai besar.
“Berarti kamu bandel dong!”
“Ya ngga juga. aku tahu kapan harus berhenti dan kapan harus melanjutkan”.
 “Nah, itu karena kamu orang dewasa sudah  mengerti dengan aturan. Bagaimana dengan anak? Apakah orang tua sudah memberitahu sebelumnya soal aturan ini itu pada anaknya? Jangan main di labeli saja anak – anak itu dengan kata – kata susah di atur, bandel. Saya hanya manggut-manggut mendengarnya.
Tips menerapkan aturan pada anak
1)      Di mulai dari rumah. Ajaklah si kecil berdiskusi mengenai aturan yang akan di berlakukan di rumah. Buatlah peraturan yang jelas, masuk akal dan sesuai dengan umur anak. Jangan terlalu banyak membuat peraturan. Sebaiknya buatlah peraturan yang benar – benar bisa di aplikasikan dalam hidup sehari-hari.
2)      Terangkan dengan bahasa sederhana, tidak berbelit – belit dan tegas agar anak mengerti dengan aturan tersebut . Kesimpulannya peraturan atau instruksi anda jelas. Jangan lupa terangkan alasan yang masuk akal kenapa dia harus mematuhinya. Misalnya : Kamu harus tidur siang sepulang sekolah, agar nanti sore ketika belajar mengaji tidak mengantuk. Atau bisa juga, sebaiknya mainan yang sudah selesai di pergunakan, di rapikan dan di kembalikan ke tempat semula. Jadi kalau kamu mau main lagi, tidak perlu buang – buang waktu mencarinya.
3)      Sering – seringlah meluangkan waktu dengan si kecil untuk mendiskusikan peraturan yang telah di buat. Kecenderungan si usia dini adalah,mereka akan mengingat lebih baik lagi apabila kita sering mengulang-ulang yang pernah di terangkan pada mereka.
4)      Konsisten dengan peraturan yang telah dibuat. Ajaklah anak untuk mematuhi apa yang telah di sepakati. Tetapi jangan juga terlalu berharap bahwa si kecil akan selalu mematuhinya. Jika dia melanggar, jangan langsung menghukumnya. Alih-alih kesal atau menunjukkan reaksi marah, bicaralah dengan tenang kepada si kecil. Misalnya, si kecil membiarkan buku-bukunya berserakan di lantai dan tempat tidurnya  ketika selesai membaca. Belum lagi remah – remah roti cemilannya ketika membaca tadi, di biarkan begitu saja. Suasana kamar si kecil mungkin sudah sangat berantakan. Tahan amarah anda!  Tanyalah kenapa dia tidak mau membereskan. Dengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Dari alasan tersebut baru mengambil sikap. Bila alasannya karena malas, jelaskan pada dia tentang arti bertanggung jawab. Ulang kembali peraturan yang pernah di buat bersama dulu. Berikan sapu kecil agar dia bersedia menyapu remah-remah roti yang berserakan. Setelah selesai minta dia mengembalikan buku ke rak yang ada. Jangan lupa menawarkan bantuan anda.
5)      Jadikan diri anda model yang baik bagi anak. Kita sebagai orang dewasa sering tidak mencontohkan hal yang baik pada si usia dini. Menuntut anak untuk ikut aturan sementara kita sendiri melanggarnya. Contoh sederhana, kalau pulang sekolah kita menuntut anak menaruh tas, sepatu pada tempat yang sudah di sediakan. Tas di taruh di meja belajar yang ada di dalam kamar tidur mereka. Sepatu di susun rapi di rak yang terdapat di ruang belakang. Coba perhatikan diri anda, pernahkah ketika pulang bekerja anda menaruh tas sembarangan di kursi tamu atau malah di biarkan menggeletak di lantai. Sepatu terkadang ada di kamar tidur , nanti kalau malam tinggal minta tolong pembantu menaruhnya di tempat yang seharusnya. Kenapa anda melakukan hal ini? Alasannya barangkali hanya satu, lelah pulang bekerja. Tidakkah kita juga berpikir si kecil juga merasa lelah ketika pulang dari sekolahnya? Lantas kenapa kita mencap dia tidak patuh dengan peraturan, kalau kita sendiri bahkan lebih sering melanggar dari pada dia. Anda sendiri sebagai orang tua juga perlu mentaati peraturan.
6)      Anak-anak sangat suka apabila pekerjaan mereka di hargai. Jangan pelit memuji si kecil bila dia mematuhi aturan yang telah di buat. Misalnya ; ketika melihat kamarnya yang selalu rapi, ungkapkan rasa senang anda,” Terima kasih ya sayang, kamu telah membantu meringankan pekerjaan Mama dalam urusan beres-beres kamar”. Pujian atau penghargaan tidak selalu harus dalam bentuk barang .Senyum yang di sertai pujian yang tulus terkadang membuat si anak merasa sangat berarti. Tidak masalah juga apabila anda sesekali memberi barang selama anda mengarahkan untuk hal yang positif. Misalnya, anda memberi buku cerita karakter karena tahu si kecil menyukai tokoh karakter tersebut.
7)      Berlakukan konsekuensi bila anak melanggar aturan yang di buat. Tetapi ingat jangan pernah memberi hukuman fisik, walaupun hanya menjewer kupingnya. Anak akan menyimpan dengan baik di memori otaknya terhadap perlakuan kasar anda. Jangan pernah meninggalkan dendam atau  trauma dalam hidup mereka. Hadapi rengekan mereka dengan tenang dan jangan terpancing ketika  hukuman di berlakukan. Seringkali kita merasa tak tega menghukum anak hanya karena melihat raut muka si kecil berubah menjadi sendu atau bahkan menangis.
8)      Aturan untuk orang dewasa dan anak – anak pasti berbeda. Jelaskan aturan pengecualian ini kepada anak anda sehingga tidak timbul salah pengertian di kemudian hari. Misalnya : jam tidur anak dan orang dewasa itu berbeda.
Tips sederhana Mengkomunikasikan Aturan dengan Anak
  1. Gunakan bahasa positif dan diucapkan dengan jelas  dan tidak bertele-tele.
  2. Katakan dengan singkat,jelas dan padat.
  3. Mendengarkan anak dengan penuh perhatian. Biasakan melakukan kontak fisik atau mata. Contoh : menepuk pundak,mengusap kepala.
  4. Berbicara dengan ekspresi wajah,bahasa tubuh dan nada suara yang pas.
  5. Biasakan berdisiplin dengan waktu dan bangun keyakinan anak bahwa bila disiplin pasti kelak berhasil.
Beberapa Aturan Hidup Bermasyarakat
  1. Memperkenalkan Diri
“ Aduh, suka ngga enak hati deh , kalau bawa Intan ke pesta ulang tahun. Itu anak sukanya ngumpet saja dibelakang aku. Di tanya nama ngga mau jawab”. Pernahkah kita mendengar pembicaraan seperti ini di kalangan Ibu – Ibu kalau lagi berkumpul? Kalau hal ini terjadi pada anak anda apa yang akan anda lakukan? Apakah anda juga tidak enak hati seperti ungkapan Ibu di atas. Dalam satu pesta ulang tahun anak teman, saya pernah melihat seorang Ibu memarahi anaknya hanya karena si anak menolak untuk bersalaman dengan tuan rumah. Si anak  di nilai tidak sopan. Reaksi si anak cuma menunduk diam. Melihat anaknya terdiam, Si Ibu tadi bukannya berhenti malah semakin menjadi – jadi. Entah apa perasaan anak tersebut saat itu. Malu, sakit hati bahkan mungkin juga terluka karena Ibunya sendiri memarahi dia di depan orang banyak. Siapa yang salah?
-          Ada baiknya dalam satu kesempatan ketika berdua dengan si kecil anda mengajak dia berdiskusi tentang hidup bermasyarakat. Jelaskan pada dia bahwa sebagai manusia kita ini tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain di sekeliling kita, walaupun itu hanya sekedar teman untuk berbicara. Agar tercipta hubungan yang baik setiap individu harus melaksanakan aturan – aturan yang berlaku. Berikan contoh kasus sederhana, semisal ; apa yang akan kamu lakukan bila pindah sekolah? Mungkin anak anda akan diam. Bantulah dia menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan contoh diri anda sendiri. “ Dulu waktu Ibu pindak sekolah, Ibu selalu mencari teman baru. Ibu akan berkeliling memperkenalkan diri sama teman – teman yang ada di kelas. Kalau kamu sendiri bagaimana? Selalu mendengarkan dengan seksama setiap jawaban yang keluar dari mulut si kecil, karena anda sedang memberikan sebuah pelajaran hidup tanpa sepengetahuan mereka. Tanamkan citra diri positif ketika dia mengemukakan sebuah hal yang tidak di sukainya. Misalnya, bagaimana kalau teman baru suka mengganggu? Alih – alih menyuruh dia menjauh dari teman baru tersebut, lebih baik berkata, “ belum di coba kok sudah berpikiran buruk”.
-          Luangkan waktu untuk bermain pura-pura mengenai cara memperkenalkan diri dengan orang baru. Ajarkan kalimat sederhana misalnya, halo, perkenalkan namaku Azra.Kalau namamu siapa?  Jangan lupa apabila dia berhadapan dengan yang lebih tua, maka dia harus menggunakan kata Bapak atau Ibu. Selipkan bagaimana cara bersalaman sesuai dengan budaya timur.
-          Praktek nyata. Apabila anak anda mendapat undangan perayaan hari kelahiran, atau undangan lain yang sejenis saatnya dia mulai mempraktekkan apa yang telah anda ajarkan. Jangan menegur langsung apabila dia masih terlihat malu – malu atau melakukan kesalahan. Sebaiknya beri dia semangat agar lebih percaya diri menunjukkan keberadaan dirinya. Jangan pernah menyalahkan si kecil. Langkah – langkah sederhana untuk memperkenalkan sopan santun ini lama kelamaan akan menjadi kebiasaan bagi si kecil.
  1. B.     Maaf, Tolong dan Terima Kasih
“ Mba ambil sepatu”. Seorang anak berumur lima tahun berteriak dan tiba – tiba seorang asisten rumah tangga bergegas mengambilkan sepatu yang diminta, menyerahkan pada yang meminta tadi dan berlalu tanpa ada ucapan apapun dari orang yang menyuruh mengambilkan tadi. Bagaimana perasaan anda kalau hal ini terjadi di depan mata? Gemas dan dalam hati berujar “ ya ampun!Ini anak ngga ada sopan santunnya”, atau “ Bapak dan Ibunya tidak mengajarkan  bahasa yang lebih santun ya”. Bagaimana kalau itu terjadi pada putra atau putri anda? Apa perasaan anda bila di cap sebagai orang tua yang tak mengajarkan sopan santun pada anak?
Anak usia dini perlu di ajarkan beberapa kata ajaib seperti Maaf, tolong dan terima kasih. Cara paling tepat mengajarkannya adalah dengan mempergunakan sesering mungkin kata – kata ajaib itu dalam keseharian anda. Rajinlah mempergunakan kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ bila anda bermaksud meminta bantuan siapapun termasuk si kecil sekalipung. “ Nak, bisa tolong Ibu mengambilkan pulpen  dimeja kerja”. “ Terima kasih ya atas bantuannya”. Jangan lupa tambahkan senyum manis yang tulus di ucapan terima kasih anda. Pertama mungkin hal itu biasa bagi si kecil, tetapi apabila kita konsisten mempergunakannya, anak akan terbiasa mendengar dan akan mempraktekkan sesuai yang di dengarkan dan di lihatnya. Apabila si kecil meminta sesuatu pada anda tidak di ikuti dengan kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ , Usahakan jangan menjawab permintaan tersebut langsung , tetapi ingatkan dia dengan bahasa yang baik ,” sepertinya kamu melupakan kata ajaib yang biasa kita gunakan”.  Ini langkah sederhana tetapi penting untuk di lakukan.
Berkaitan dengan kata ‘Maaf’, sering sekali kita dengar keluhan dari orang tua anaknya susah sekali mengucapkan kalimat ini walaupun jelas – jelas si kecil telah melakukan kesalahan. Si kecil seolah mengunci mulut rapat – rapat bila di minta mengucapkan kata maaf untuk perbuatan yang telah dilakukannya. Perhatikan diri sendiri , sudahkah anda berjiwa sportif mengakui dengan lapang dada setiap kesalahan dengan cara mengulurkan tangan meminta maaf pada orang yang telah anda kecewakan? Kalau belum saatnya berubah karena anda akan menjadi model yang akan di tiru sang anak. Kalau jawabannya sudah, saatnya anda menularkan itu pada anak anda. Ajaklah anak berdiskusi tentang pentingnya memiliki sifat sportif dan berani mengakui kesalahan yang di lakukan. Sama seperti  kata ajaib tolong dan terima kasih, praktekkan kata maaf ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Jangan sungkan meminta maaf pada si kecil jika anda merasa telah mengecewakannya, misalnya, ketika dia di janjikan jalan – jalan ke toko buku dan anda lupa melaksanakannya. Sampaikan kata maaf dan penyesalan anda dan segeralah memenuhi janji jika anda sudah memiliki waktu. Permintaan maaf anda di ingat si kecil sebagai sebuah pelajaran yang berharga, bahwa kata maaf bisa di ucapkan siapa saja, tak peduli dari yang tua atau yang muda atau sebaliknya. Selamat mempraktekkan kata-kata ajaib di atas J
  1. C.    Mari Antri dan Berbagi
Begitu pentingkah hidup berbagi? Pertanyaan sederhana yang seharusnya sederhana juga menjawabnya yaitu penting. Tetapi implementasinya yang sangat sulit.
Pengenalan sederhana tentang pentingnya  hidup berbagi (sharing) ini dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari – hari melalui kegiatan yang sering di kerjakan anak.
-          Pada orang tua yang memiliki anak lebih dari satu cobalah sisihkan waktu anda yang padat karena rutinitas kerja untuk menemani anak – anak ketika mereka bermain di sana. Lihatlah polah anak anda. Terkadang mereka saling berebut mainan favorit. Di sinilah waktu terbaik untuk memperkenalkan indahnya konsep saling berbagi ini. Sebagai orang tua perhatikan siapa yang terlebih dahulu mendapatkan mainan favorit itu,misalnya si Kakak. Alih – alih  menyuruh si Kakak untuk mengalah pada adiknya dengan alasan adik masih kecil dan belum mengerti apa- apa, anda sebaiknya menengahi dengan memberikan penjelasan bahwa yang mendapatkan mainan tersebut pertama kali si Kakak dan dia bisa bermain dengan mainan tersebut untuk beberapa saat. Ada baiknya memasang penunjuk waktu (timer). Katakan pada anak – anak, “karena kakak yang pertama , maka dia berhak untuk bermain duluan dengan waktu sepuluh menit. Nanti kalau waktunya sudah habis, giliran adik berikutnya ya”.  Pasang penunjuk jam di depan mereka, apabila jam berbunyi si kakak harus menyerahkan mainan pada adiknya. Alternantif lain yang bisa di lakukan adalah dengan mengajak anak untuk saling bertukar mainan favorit mereka. “Sepertinya Adik juga harus merasakan serunya bermain dengan mainan favorit Kakak , begitupun sebaliknya. Bagaimana kalau kalian saling bertukar mainan? Nanti ceritakan pada Bunda serunya bermain dengan mainan itu”. Lihat bagaimana keseruan yang mereka ciptakan. Kehadiran anda sebagai orang tua seringkali di butuhkan oleh anak-anak sebagai penengah sebelum keributan memuncak di antara mereka dan selain itu anda bisa mendorong anak untuk bermain dengan baik. Tetapi apabila selama proses bermain mereka tetap tidak mau mengalah satu sama lain, bereskan semua mainan tersebut dan simpanlah sebagai bentuk kekecewaan anda karena mereka tidak mau berbagi. Sampaikan kekecewaan tersebut pada mereka, dan biarkan mereka berpikir tentang apa yang anda rasakan.
-          Mengundang teman untuk bermain ke rumah. Sering kali beberapa anak pra sekolah mengundang teman-teman sekelas mereka untuk bermain bersama di rumah. Sebelum waktu itu tiba ajaklah anak untuk berdiskusi ringan tentang hidup berbagi. Katakan pada mereka mungkin saja nanti selama bermain, teman-teman akan bermain dengan benda – benda kesayangan si anak. Berilah pengertian bahwa tidak masalah bila teman- teman meminjamnya di waktu bermain tersebut. Sebisa mungkin damping anak – anak ketika mereka sedang bermain.
-          Jam sekolah yang padat sering membuat orang tua membekali anak- anak dengan makanan yang beraneka ragam untuk di konsumsi di sekolah. Sesekali , bekal anak anda di lebihkan dari yang semestinya. “ Hari ini bekal makan siangmu sedikit agak banyak. Sengaja Bunda lebihkan, siapa tahu ada teman-temanmu yang mau mencoba resep masakan yang Bunda buat”. Informasikan hal ini pada guru wali kelas si anak sehingga guru tidak salah paham dan menyuruh si anak menghabiskan makanan dalam porsi berlebih tersebut. Hal ini di maksudkan karena di beberapa sekolah ada yang membuat aturan bahwa setiap anak sebisa mungkin menghabiskan bekal yang di bawa dari rumah. Biasanya di awal tahun pelajaran sekolah memberikan penjelasan agar orang tua membekali anak dalam porsi yang semestinya,tidak berlebihan dan tidak pula sedikit. Pembelajaran moral yang sederhana tentang bagaimana mensyukuri nikmat yang telah di berikan Tuhan kepada manusia dengan cara tidak membuang- buang makanan.
-          Permainan pilihan : Buatlah acara diskusi anda dengan si kecil menjadi bermakna dan dalam suasana santai melalui permainan pilihan. Caranya, ceritakan tentang kisah dua anak yang saling berbeda satu sama lain perangainya. Sebut saja A, dia seorang anak yang suka berbagi, sehingga dia di senangi banyak orang . sedangkan B adalah anak yang mau mementingkan kepentingannya sendiri dan akibatnya dia di jauhi sebagian teman-teman bermainnya. Berikan permasalahan pada si anak, apa yang akan terjadi jika suatu saat si A dan si B ini mendapat masalah dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Siapa yang akan mendapat pertolongan pertama dari teman-temannya? Biarkan anak memikirkan jawabannya terlebih dahulu. Jangan memotong kalau dia menyampaikan jawabannya. Setelah dia menyampaikan pikirannya, barulah anda sebagai orang tua merangkumnya dalam bahasa yang mudah di mengeri anak. Intinya tekankan bahwa sikap berbagi itu memberikan keuntungan yang positif dalam hidup dan sikap egois mendatangkan kerugian. Anda bisa melengkapi permainan dengan kartu – kartu gambar yang di buat sendiri.
-           Tak ada salahnya suatu waktu anda mengajak si kecil ke Panti Asuhan, Panti jompo, atau penampuangan anak yang lain untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa kehidupan yang sedang di jalaninya sekarang jauh lebih beruntung daripada mereka yang sedang di temui saat itu. Dan karena keberuntungan itu dan sebagai bentuk rasa bersyukur pada Sang Pencipta, kita harus berbagi dengan yang kurang beruntung. Sebelum berangkat, mungkin anda mempersiapkan makan siang sebagai oleh-oleh kunjungan. Diskusikan bahwa semua makanan ini di peruntukkan bagi teman-teman/orang – orang yang akan kita kunjungi. Anak juga dapat membantu mempersiapkan makanan tersebut untuk beberapa pekerjaan yang sederhana seperti, melibatkan dia untuk pemilihan menu (contohnya, “ menurut adek teman – teman di panti suka tidak kalau kita berikan menu ayam goreng kesukaan Adek?) , atau mengizinkan dia untuk memasukkan kerupuk ke dalam plastik. Selama kegiatan tersebut tidak membahayakan, biarkan dia berkontribusi sehingga anak lebih bersemangat dan merasa di dengarkan pendapatnya.
  1. D.    Menjadi Berani
Banyak dari kita baik sebagai orang tua maupun guru di pusingkan dengan sikap pemalu seorang anak. Setiap kali di suruh melakukan sesuatu, sia anak selalu menarik diri dan tidak mau melakukannya. Bila bersama dengan orang tua, si anak punya kecenderungan untuk berada di belakang Ibunya sambil memegangi ujung pakaian yang di kenakan si Ibu. Mungkin tips berikut ini bisa di coba agar si pemalu menjadi tampil lebih percaya diri dan berani.
-          Jangan mengejeknya dan memanggil dengan julukan pemalu.
Bila anda mulai memanggil si anak baik berdua ataupun di tempat keramaian dengan memberikan julukan si pemalu, maka hal tersebut akan menempel dio benak mereka. Tanpa anda sadari, julukan atau panggilan yang anda berikan telah membuat si anak benar – benar mengira bahwa mereka benar – benar seorang pemalu. Bila anda lakukan ini di tempat umum, si anak bisa berubah menjadi murung dan menarik diri dan akibat yang lebih ftal dia bisa kehilangan kepercayaan diri. Bila dia menolak untuk bermain bersama dengan teman – teman baik yang sudah di kenal maupun yang baru , jangan pernah mengejeknya sebagai seorang anak penakut. Bujuklah , hiburlah dia dan berikan dia waktu untuk belajar lebih lagi tentang bersosialisasi dengan orang lain. Temanilah dia pada saat bermain bersama teman-temannya. Anda bisa meninggalkan dia , bila dia sudah  merasa nyaman bersama teman – teman. Jangan menyuruh dia untuk melakukan ini itu atau memaksa dia untuk secepat mungkin bergaul akrab. Biarkan dia berinisiatif mengikuti permainan yang sedang di lakukan kelompoknya. Jika tiba – tiba anda melihatnya sendirian di tengah teman – temannya, padahal dia ingin bergabung, beri si kecil dorongan dengan mengatakan, misalnya, “mengapa kamu tidak memperlihatkan buku yang baru Ibu belikan kemarin?”
-          Terima dia apa adanya. Jangan pernah membandingkan anak pemalu dengan saudara atau temannya yang periang. Hal ini bisa membuat anak berkecil hati. Biarkan dia menjadi dirinya, yang perlu anda lakukan adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi dia untuk mengetahui bahwa bersama itu sangat menyenangkan. Secara perlahan ketika dia menyadari senangnya bila kita mempunyai teman yang banyak, sifat pemalunya akan hilang dengan sendiri.
-          Berilah dia pujian positif bila berhasil melepaskan sifat pemalunya secara perlahan. Perlihatkan padanya bahwa dia sama dengan yang lain. Jangan lupa untuk terus member dukungan saat dia mulai bergabung dengan teman  teman sebayanya. Jika dia mulai tidak nyaman dan teman – temannya mulai tak peduli, dorong dia dengan memberi tahu kelebihannya. Jika belum berhasil, dengarkan keluh kesahnya dengan sabar. Mungkin dia butuh berbicara pada anda. Besarkan hatinya. Mungkin anda perlu mengajak dia sesekali bergaul dengan teman  - teman yang usianya sedikti lebih muda. Ini akan membantu menumbuhkan kembali sikap percaya dirinya.
-          Penggambaran karakter pemberani lewat bercerita
Ketika membacakan cerita pada anak pemalu, ada baiknya judul cerita tersebut tentang pentingnya berteman dalam hidup dan menghindari sifat pemalu, karena hal itu justru bisa merugikan hidup kita.  Misalnya kita menceritakan dongeng seekor hewan yang suka menyendiri dan tidak mau berteman karena sangat pemalu , tapi akhirnya hewan tersebut menyadari pentingnya mempunyai kawan ketika menghadapi hewan lain yang bermaksud tidak baik kepadanya.


Apakah sebagai ibu kita sudah merasa cerdas? Kalau belum yakin, tak usah kuatir. Nggak ada kata terlambat kok untuk berbenah lebih baik.
Sahabat Ummi, apa sih cerdas itu?.  Kalau berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia cerdas artinya sempurnanya perkembangan akal budi  baik untuk berpikir, mengerti, dan lainnya juga memiliki ketajaman pikiran.
Nah kalau menurut Gregory seorang matematikawan, kecerdasan adalah kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk bernilai. Pengertian senada menurut Anita Woolfolk, seorang pakar kesehatan yang menyebutkan bahwa cerdas adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Mmm..rata-rata pengertian cerdas menurut para ahli Barat identik dengan kemampuan otak atau kognitif ya.  Tapi betulkah cerdas memang demikian?
Definisi cerdas yang unik justru dari Nabi kita Rasulullah SAW yang menggetarkan.  Begini bunyinya:
“Orang yang paling banyak ingat mati diantara mereka, dan orang yang paling baik persiapannya untuk kehidupan selanjutnya, Mereka itulah orang-orang yang cerdas”.
 [HR. Ibnu Abid-Dunya di dalam kitabul-Maut. Thabrani di dalam Ash-Shaghir)
Jadi dalam Islam manusia cerdas adalah justru manusia yang paling banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya sebaik mungkin. 
Tapi tentu saja ini definisi substantif Sahabat, karena makna mengingat kematian sangat luas perspektifnya apalagi ditambah dengan upaya mempersiapkan kematian.
Nah bagaimana dengan Ibu cerdas?.  Merujuk definisi dari hadits di atas dan lainnya maka intinya seorang ibu cerdas adalah ibu yang mampu menggunakan kemampuan akal dan ketrampilannya dalam rangka membimbing anak-anaknya menuju kebaikan dunia dan akhirat.
Ibu cerdas harus dihubungkan dengan perannya sebagai induk anak-anaknya.  Karena Ibu adalah sosok yang melahirkan dan punya tanggung jawab penting dalam tumbuh kembang anak-anaknya. 
Ibu cerdas tidak dilihat dari strata pendidikannya, status sosial maupun ekonomi atau jenis pekerjaan harian yang diembannya. 
Ia bisa saja seorang wanita yang tinggal di kampung kecil, perempuan sederhana yang tak terlalu mendengar gegap gempita kota atau perempuan biasa-biasa saja yang tidak diunggulkan oleh siapapun bahkan ditokohkan media massa.
So sekali lagi sudahkah kita menjadi Ibu cerdas?.  Jika merasa belum yakin, maka kita mesti berbenah dengan mengetahui apa tanda-tanda atau kriteria minimal Ibu cerdas.
Kriteria minimal ini artinya ukuran-ukuran minimal yang seharusnya dimiliki oleh Ibu disebut cerdas.  Ada banyak  hal seorang ibu disebut cerdas tapi jika memiliki 5 tanda penting berikut, maka layaklah seorang Ibu disebut cerdas buat anak-anaknya.
Jadi ayo songsong anak-anak kita menjadi harapan rasulullah SAW melalui tangan-tangan halus Ibunya yang cerdas pula ya
1.Mengajarkan siapa Tuhannya
Ibu yang cerdas adalah mereka yang mengenal Tuhannya dengan baik dan memahami aturan perintah maupun larangannya.  Ibu cerdas mengajak putra putrinya mengenal Allah SWT dengan pendekatan persuasif melalui pengenalan alam semesta, Al Quran dan sunah- Nabi SAW dari yang sederhana dilakukan di rumah.  Indikator dari kriteria ini antara lain: membiasakan berdoa dalam kegiatan keseharian, mengingatkan shalat dengan tertib, mengajar dan menemani mengaji. Tak lupa adalah mengenalkan tentang hari akhir dengan bahasa sederhana tapi tidak menakut-nakuti.  Intinya Ibu bisa mengajak anak-anaknya menjadi hamba yang disayangi Allah.
2. Menanamkan kecintaan belajar
Ibu yang cerdas meski bukan sarjana sekalipun amat memahami pentingnya memiliki ilmu pengetahuan dan menjadikannya bekal dalam kehidupan.  Kita bisa menyaksikan ribuan orang sukses lahir dari rahim ibu-ibu yang sederhana hidupnya tapi memiliki komitmen untuk mendampingi anaknya belajar agar menguasai pengetahuan. Indikator sederhana adalah menemani anak-anaknya membaca buku, menyelesaikan tugas, mendongeng atau bercerita.
3. Selalu memotivasi dan bersemangat
Itu artinya Ibu cerdas juga sosok yang bisa memotivasi diri.  Tak mungkin ia bisa menularkan virus motivasi kepada anak-anaknya jika ia sendiri lemah dan malas.  Indikator sosok ini adalah senantiasa ceria, bersemangat mengisi hari, tak kehabisan ide untuk mencoba sesuatu apalagi yang baru, mengajarkan anak pentingnya waktu dan mengisinya dengan hal-hal berguna. Dan meyakini bahwa cita-cita setinggi apa pun Insya Allah bisa diperjuangkan.
4.Mengingatkan  untuk peduli dan menyayangi sesama
Sulit membentuk jiwa peduli pada anak jika orang tua terutama Ibu juga tak membiasakan atau mengingatkannya.  Jika anak bertengkar satu sama lain Ibu harus punya keberanian menegur dalam bahasa cinta dan kasih sayang. Tak apa mengingatkan berulang meski mungkin mereka bosan.  Pengulangan akan tersimpan di otaknya , meyakinkan mereka bahwa Ibu tak menyukai tindakan mereka tapi lain halnya jika dibiarkan saja. 
Demikian pula dengan rasa peduli dengan orang lain. Ibu harus mengajaknya dengan bahasa contoh.  Berbagi makanan dengan tetangga, menyuruh anak memberi uang pada pengemis, melebihkan bekal ke sekolah agar bisa berbagi dengan teman-temannya, menjamu kawan-kawan anak jika main ke rumah. Tak kalah penting membiasakan bertutur kata baik dan sopan kepada saudara, pembantu maupun orang lain.  Inti dari kriteria ini adalah mengingatkan anak bahwa kita tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan teman untuk hidup bersama.
5.Membiasakan bersabar dan mengucap syukur
Bahwa hidup harus berjuang, bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus berkorban, bahwa kehidupan tak selamanya enak dan manis wajib ditanamkan secara perlahan kepada anak.  Untuk menjadi orang baik tidak gampang tapi dibutuhkan kesabaran dalam menaati aturan Allah, walaupun berat tapi setiap kesabaran akan ada buahnya.
Belajar juga harus sabar, tidak berkeluh kesah dan mudah putus asa. Ibu cerdas juga membiasakan putra-putrinya  untuk mengucap syukur atas apa yang mereka peroleh.  Sekecil apa pun yang dirasakan harus senantiasa disyukuri  Bersyukur hari ini anak-anak sehat, bisa makan walau ala kadarnya, bisa sekolah, bisa bermain dan sebagainya.  Hidup akan terasa indah dan ringan jika disyukuri kira-kira demikian.
Oke Sahabat Ummi, semoga 5 kriteria minimal ini bisa menjadi bekal melangkah kita semua untuk menjadi Ibu yang cerdas buat anak-anak kita ya. Mempersiapkan mereka menjadi anak-anak harapan umat yang sukses di dunia juga bahagia di akhirat.  Itulah salah satu makna luas mengapa Rasulullah menyuruh kita cerdas mengingat kematian. Jika kematian diingat, maka kita akan bersegera untuk bersiap-siap.  Konsep merujuk hari akhir akan menjadikan kita menjadi manusia yang sungguh-sungguh menjalani hidup.  Demikian pula Ibu yang cerdas pasti tak main-main dalam mendidik putra-putrinya.
*sebuah renungan diri* By banyu ladhuni


Jika Istrimu Seorang Ibu Rumah Tangga

Bukankah setiap istri adalah seorang ibu rumah tangga?
Ibu rumah tangga, ialah ia yang membersihkan tangga yang akan kamu lalui setiap harinya, menuntun kamu dan anak-anakmu untuk melewati setiap anak tangga, ialah ia yang hanya  tersenyum paling bahagia saat kamu dan anak-anakmu mencapai tangga paling puncak, ialah ia yang akan selalu siap menyambutmu ketika kamu jatuh terguling ke anak tangga paling bawah, ialah ia, Ibu Rumah Tangga.
Jika istrimu seorang ibu rumah tangga, kamu harus tahu bahwa bukan hal yang mudah baginya untuk melepas segala pencapaian yang telah dimilikinya.  Akan ada saat dimana orang-orang di sekitarnya menyayangkan keputusannya, Kedua orang tua yang merasa sia-sia telah memberikannya pendidikan yang tinggi, Orang-orang terdekat yang terlanjur memiliki ekspektasi tinggi untuknya. Hai lelaki yang telah membuat seorang wanita ber ”masa depan” cerah melepas karir dunianya hanya untuk merawat dan melayani kebutuhanmu dan anak-anakmu. Maukah kamu menutup telinga dari segala perkataan tak menyenangkan orang-orang. Maukah kamu melapangkan dadamu untuk ia bersandar. Maukah kamu merendahkan bahumu untuk ia meletakkan kepala. Maukah kamu merentangkan kedua tangan untuk memeluk ia, yang lusuh dan lelah mengurus segala keperluanmu yang terlihat sepele??
Jika istrimu seorang ibu rumah tangga, menunggumu di rumah dengan rasa bosan yang sesekali muncul, rasa rindu pada dunia karir yang cemerlang, merasa terpanggil menyajikan bahan presentasi dan dikagumi orang-orang, maukah kamu. Menemaninya dengan perhatian yang cukup membuat ia tersenyum simpul setiap pagi. Menghargai setiap tindakannya dengan ucapan terima kasih yang tulus. Memberikan senyum termanis dan tawa yang membuatnya lupa bahwa ia selalu terkurung di rumah. Menemaninya melihat dunia yang tidak pernah sempat ia lakukan?
Jika istrimu seorang ibu rumah tangga, mungkin ia tak kan punya cukup waktu untuk melihat perkembangan dunia luar, tidak akan punya cukup waktu untuk menjadi modis seperti teman-temanmu diluar sana, tapi pernahkah kamu tahu?
Ibu rumah tangga, ialah ia yang menjatuhkan dirinya agar kamu terlihat lebih tinggi.
Ialah ia yang menekan egonya demi menghargai kamu sebagai kepalanya.
Ialah ia yang berpura-pura bodoh agar kamu tampak hebat.
Ialah ia yang mencemaskan kamu selagi kamu pulang telat karna bersenang-senang bersama kawan-kawan kerjamu.
Ialah ia yang akan selalu mendengarkan setiap keluh kesahmu.
Ialah ia yang rela menjadi pelampiasan emosimu agar emosimu tetap terkontrol pada orang lain.
Ialah ia yang rela membiarkan dirinya dipandang sebelah mata namun meradang saat kamu disepelekan.
Dear lelaki, menjadi ibu rumah tangga tidak pernah mudah. Bukankah lebih mudah membayar gaji seorang baby sister dan seorang asisten rumah tangga untuk mengurusi segalanya?? Tapi bukankah lebih membahagiakan jika kita bisa berkasih sayang dengan cara yang menurut banyak orang tidak mudah? Cukup temani saja ia, ajarkan saja ia untuk menjadi tempatmu kembali, beri tahu ia bagaimana caranya membuatmu nyaman, bimbing ia untuk melengkapimu.


Keistimewaan Shalat Sunnah Dua Rakaat Sebelum Shalat Subuh

 Shalat Sunnah Dua Rakaat Sebelum Shalat Subuh Lebih Baik dari Dunia Beserta Isinya
Apa yang saya ulas mengenai shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh dalam celoteh kali ini, diharapkan tidak dinilai sebagai bentuk penafsiran. Meski dalam seajarah tafsir, karya seorang mufassir diwarnai oleh latar belakang ilmu yang dikuasainya. Perhatikan karya tafsir az-Zamakhsyari dengan pendekatan balaghahnya, karya al-Qurthubi dengan telaah fikihnya, karya tafsir ar-Razi dengan telaah filosofisnya. Pun kemunculan tafsir birra’yi dipicu pula oleh hasil interaksi dengan peradaban Yunani yang banyak menggunakan akal.
Saya mendahulukan hal ini, karena penjelasan shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh, tidak ditemukan tafsir atas pertanyaan kenapa dan bagaimana. Seperti diketahui bahwa shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh, hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang sangat penting). Sisi muaakkadnya karena dua hal, pertama Rasul saw sangat menjaga dan belum pernah meninggalkan shalat sunnah ini baik itu dalam keadaan biasa maupun didalam perjalanan. Kedua, disiapkan hal apabila shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh ini tidak dilakukan.
Shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh, oleh ulama dikatakan lebih baik dari dunia beserta isinya. Hal ini berdasarkan hadis Nabi saw dari Ummi Mukminin Aisyah ra dari Nabi saw berkata; dua rakaat sunnah sebelum shalat subuh lebih baik dari pada dunia dan isinya, hal itu lebih saya sukai dari pada dunia semuanya (HR Bukhari)
Dalam hadis ini, jelas terdapat beberapa hal yang belum terungkap setidaknya dalam pandangan penulis. Unik, ketika Nabi saw, seakan membandingkan sesuatu yang sulit dan karakteristiknya berbeda. Shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh, adalah amal metafisik, dan pahalanya tidak terindera. Beda dengan dunia beserta isinya, sifatnya fisik, nyata, bisa diukur kualitas dan kuantitasnya.
Nabi saw lebih memilih shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh dibanding dunia beserta isinya. Dunia dengan emas, tembaga, ada perak, ada intan, laut udara. Boleh dikata, sulit bagi umatnya menerima kenyataan ini kecuali dengan keimanan yang kuat. Keimanan dan kesadaran bahwa Allah Maha kaya, segala ciptaannya adalah hakNya. Dunia beserta isinya hanya salah satu dari ciptaanNya. Mari kita mantapkan keimanan itu, dengan melihat bahwa benar shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh lebih baik dari dunia beserta isinya, dan itu masuk akal.

Dipahami bahwa dunia beserta isinya adalah ciptaan. Segala ciptaan pasti sifatnya fana. “Wa yabqa wajhu Rabbik”, dan yang kekal, hanyalah “wajah” Tuhan. Dunia beserta isinya akan berakhir, namun kenikmatan yang paling abadi dan kekal adalah ketika melihat “wajah” tuhan di akhirat kelak. Dunia dibatasi oleh waktu, tidak dengan akhirat. Dunia berbicara tentang kuantitas, dan akhirat berbicara tentang kualitas. “Apa yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. ” (QS an-Nahl ayat 96). Real !. lalu kenapa membandingkannya dengan shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh ?
Shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh dilakukan setelah mata tertutup dari tidur. Tertutup, istirahat dari kesibukan dunia pada hari sebelumnya. Saat bangun, manusia akan melihat kembali yang fana itu, mengejar, dan terus mencari. Manusia berusaha dekat kepada apa yang dicarinya, padahal itu keliru, karena sesuatu yang semakin dekat, justru akan tidak terlihat. Dekatkan sesuatu ke mata Anda, semakin dekat, rapat, apakah Anda melihat sesuatu?
Shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh, sebenarnya menjadi alat untuk menegur dan memberi petunjuk, bahwa tak perlu terlalu dekat kepada dunia yang akan engkau cari hai manusia, agar yang kamu cari itu jelas terlihat.
Shalat subuh kan bisa untuk itu? Shalat subuh adalah wajib, sedangkan shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh adalah sunnah. Ibarat makanan, shalat subuh adalah nasi, lauk adalah sunnahnya. Nasi sifatnya primer dan bukan alat, lauk adalah sekunder, sifatnya sebagai alat. Misalnya, makanan primer, inti bagi kehidupan, tapi yang membaut sehat justru makanan sekunder.
Dari sisi matematis, nilai shalat bisa diukur dengan angka , namun menjadi pembanding atas nilai dunia beserta isinya, penulis belum menemukan. Yang terpenting, orang yang berakal sehat tidak akan menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang fana dengan meninggalkan yang kekal. Namun seorang yang berakal sehat adalah seorang yang senantiasa memperhatikan dan bersemangat terhadap sesuatu yang membawa kebaikan untuk dunianya dengan alat metafisisi yang mendukung kebaikan akhiratnya.
Jadi, shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh lebih baik dari dunia beserta isinya, sangat masuk akal.
Semoga bermanfaat


Yasmanu

Pesan Email

Nama

Email *

Pesan *

Selamat datang di blog Yayasan Masjid Nurul Hidayah, Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga anda senang ::: Simak berbagai info YASMANU Online melalui Facebook. Follow @Yasmanu :::: Kritik, saran, informasi atau artikel dapat dikirimkan kepada kami melalui email:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com :::: Info pemasangan iklan, hubungi email Nurul Hidayah:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com atau telepon 081-259436578 :::