Alamat E-mail Nurul Hidayah:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com
Apakah sebagai ibu kita sudah merasa cerdas? Kalau belum yakin, tak usah kuatir. Nggak ada kata terlambat kok untuk berbenah lebih baik.
Sahabat Ummi, apa sih cerdas itu?.  Kalau berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia cerdas artinya sempurnanya perkembangan akal budi  baik untuk berpikir, mengerti, dan lainnya juga memiliki ketajaman pikiran.
Nah kalau menurut Gregory seorang matematikawan, kecerdasan adalah kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk bernilai. Pengertian senada menurut Anita Woolfolk, seorang pakar kesehatan yang menyebutkan bahwa cerdas adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Mmm..rata-rata pengertian cerdas menurut para ahli Barat identik dengan kemampuan otak atau kognitif ya.  Tapi betulkah cerdas memang demikian?
Definisi cerdas yang unik justru dari Nabi kita Rasulullah SAW yang menggetarkan.  Begini bunyinya:
“Orang yang paling banyak ingat mati diantara mereka, dan orang yang paling baik persiapannya untuk kehidupan selanjutnya, Mereka itulah orang-orang yang cerdas”.
 [HR. Ibnu Abid-Dunya di dalam kitabul-Maut. Thabrani di dalam Ash-Shaghir)
Jadi dalam Islam manusia cerdas adalah justru manusia yang paling banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya sebaik mungkin. 
Tapi tentu saja ini definisi substantif Sahabat, karena makna mengingat kematian sangat luas perspektifnya apalagi ditambah dengan upaya mempersiapkan kematian.
Nah bagaimana dengan Ibu cerdas?.  Merujuk definisi dari hadits di atas dan lainnya maka intinya seorang ibu cerdas adalah ibu yang mampu menggunakan kemampuan akal dan ketrampilannya dalam rangka membimbing anak-anaknya menuju kebaikan dunia dan akhirat.
Ibu cerdas harus dihubungkan dengan perannya sebagai induk anak-anaknya.  Karena Ibu adalah sosok yang melahirkan dan punya tanggung jawab penting dalam tumbuh kembang anak-anaknya. 
Ibu cerdas tidak dilihat dari strata pendidikannya, status sosial maupun ekonomi atau jenis pekerjaan harian yang diembannya. 
Ia bisa saja seorang wanita yang tinggal di kampung kecil, perempuan sederhana yang tak terlalu mendengar gegap gempita kota atau perempuan biasa-biasa saja yang tidak diunggulkan oleh siapapun bahkan ditokohkan media massa.
So sekali lagi sudahkah kita menjadi Ibu cerdas?.  Jika merasa belum yakin, maka kita mesti berbenah dengan mengetahui apa tanda-tanda atau kriteria minimal Ibu cerdas.
Kriteria minimal ini artinya ukuran-ukuran minimal yang seharusnya dimiliki oleh Ibu disebut cerdas.  Ada banyak  hal seorang ibu disebut cerdas tapi jika memiliki 5 tanda penting berikut, maka layaklah seorang Ibu disebut cerdas buat anak-anaknya.
Jadi ayo songsong anak-anak kita menjadi harapan rasulullah SAW melalui tangan-tangan halus Ibunya yang cerdas pula ya
1.Mengajarkan siapa Tuhannya
Ibu yang cerdas adalah mereka yang mengenal Tuhannya dengan baik dan memahami aturan perintah maupun larangannya.  Ibu cerdas mengajak putra putrinya mengenal Allah SWT dengan pendekatan persuasif melalui pengenalan alam semesta, Al Quran dan sunah- Nabi SAW dari yang sederhana dilakukan di rumah.  Indikator dari kriteria ini antara lain: membiasakan berdoa dalam kegiatan keseharian, mengingatkan shalat dengan tertib, mengajar dan menemani mengaji. Tak lupa adalah mengenalkan tentang hari akhir dengan bahasa sederhana tapi tidak menakut-nakuti.  Intinya Ibu bisa mengajak anak-anaknya menjadi hamba yang disayangi Allah.
2. Menanamkan kecintaan belajar
Ibu yang cerdas meski bukan sarjana sekalipun amat memahami pentingnya memiliki ilmu pengetahuan dan menjadikannya bekal dalam kehidupan.  Kita bisa menyaksikan ribuan orang sukses lahir dari rahim ibu-ibu yang sederhana hidupnya tapi memiliki komitmen untuk mendampingi anaknya belajar agar menguasai pengetahuan. Indikator sederhana adalah menemani anak-anaknya membaca buku, menyelesaikan tugas, mendongeng atau bercerita.
3. Selalu memotivasi dan bersemangat
Itu artinya Ibu cerdas juga sosok yang bisa memotivasi diri.  Tak mungkin ia bisa menularkan virus motivasi kepada anak-anaknya jika ia sendiri lemah dan malas.  Indikator sosok ini adalah senantiasa ceria, bersemangat mengisi hari, tak kehabisan ide untuk mencoba sesuatu apalagi yang baru, mengajarkan anak pentingnya waktu dan mengisinya dengan hal-hal berguna. Dan meyakini bahwa cita-cita setinggi apa pun Insya Allah bisa diperjuangkan.
4.Mengingatkan  untuk peduli dan menyayangi sesama
Sulit membentuk jiwa peduli pada anak jika orang tua terutama Ibu juga tak membiasakan atau mengingatkannya.  Jika anak bertengkar satu sama lain Ibu harus punya keberanian menegur dalam bahasa cinta dan kasih sayang. Tak apa mengingatkan berulang meski mungkin mereka bosan.  Pengulangan akan tersimpan di otaknya , meyakinkan mereka bahwa Ibu tak menyukai tindakan mereka tapi lain halnya jika dibiarkan saja. 
Demikian pula dengan rasa peduli dengan orang lain. Ibu harus mengajaknya dengan bahasa contoh.  Berbagi makanan dengan tetangga, menyuruh anak memberi uang pada pengemis, melebihkan bekal ke sekolah agar bisa berbagi dengan teman-temannya, menjamu kawan-kawan anak jika main ke rumah. Tak kalah penting membiasakan bertutur kata baik dan sopan kepada saudara, pembantu maupun orang lain.  Inti dari kriteria ini adalah mengingatkan anak bahwa kita tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan teman untuk hidup bersama.
5.Membiasakan bersabar dan mengucap syukur
Bahwa hidup harus berjuang, bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus berkorban, bahwa kehidupan tak selamanya enak dan manis wajib ditanamkan secara perlahan kepada anak.  Untuk menjadi orang baik tidak gampang tapi dibutuhkan kesabaran dalam menaati aturan Allah, walaupun berat tapi setiap kesabaran akan ada buahnya.
Belajar juga harus sabar, tidak berkeluh kesah dan mudah putus asa. Ibu cerdas juga membiasakan putra-putrinya  untuk mengucap syukur atas apa yang mereka peroleh.  Sekecil apa pun yang dirasakan harus senantiasa disyukuri  Bersyukur hari ini anak-anak sehat, bisa makan walau ala kadarnya, bisa sekolah, bisa bermain dan sebagainya.  Hidup akan terasa indah dan ringan jika disyukuri kira-kira demikian.
Oke Sahabat Ummi, semoga 5 kriteria minimal ini bisa menjadi bekal melangkah kita semua untuk menjadi Ibu yang cerdas buat anak-anak kita ya. Mempersiapkan mereka menjadi anak-anak harapan umat yang sukses di dunia juga bahagia di akhirat.  Itulah salah satu makna luas mengapa Rasulullah menyuruh kita cerdas mengingat kematian. Jika kematian diingat, maka kita akan bersegera untuk bersiap-siap.  Konsep merujuk hari akhir akan menjadikan kita menjadi manusia yang sungguh-sungguh menjalani hidup.  Demikian pula Ibu yang cerdas pasti tak main-main dalam mendidik putra-putrinya.
*sebuah renungan diri* By banyu ladhuni


Share On:
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

- Harap Komentar Sesuai dg Judul Bacaan
- Jaga Kesopanan dalam berkomentar
- Sikap Rasa Peduli Sesama Insan
Selamat Berkomentar

Yasmanu

Pesan Email

Nama

Email *

Pesan *

Selamat datang di blog Yayasan Masjid Nurul Hidayah, Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga anda senang ::: Simak berbagai info YASMANU Online melalui Facebook. Follow @Yasmanu :::: Kritik, saran, informasi atau artikel dapat dikirimkan kepada kami melalui email:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com :::: Info pemasangan iklan, hubungi email Nurul Hidayah:yayasanmasjidnurulhidayah@gmail.com atau telepon 081-259436578 :::