Apakah sebagai ibu kita sudah merasa cerdas? Kalau belum yakin, tak
usah kuatir. Nggak ada kata terlambat kok untuk berbenah lebih baik.
Sahabat Ummi, apa sih cerdas itu?. Kalau berdasarkan Kamus Bahasa
Indonesia cerdas artinya sempurnanya perkembangan akal budi baik untuk
berpikir, mengerti, dan lainnya juga memiliki ketajaman pikiran.
Nah kalau menurut Gregory seorang matematikawan, kecerdasan adalah
kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan masalah atau menciptakan
produk bernilai. Pengertian senada menurut Anita Woolfolk, seorang pakar
kesehatan yang menyebutkan bahwa cerdas adalah kemampuan untuk belajar,
keseluruhan pengetahuan yang diperoleh dan kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan. Mmm..rata-rata pengertian cerdas menurut para ahli Barat
identik dengan kemampuan otak atau kognitif ya. Tapi betulkah cerdas
memang demikian?
Definisi cerdas yang unik justru dari Nabi kita Rasulullah SAW yang menggetarkan. Begini bunyinya:
“Orang yang paling banyak ingat mati diantara mereka, dan orang yang
paling baik persiapannya untuk kehidupan selanjutnya, Mereka itulah
orang-orang yang cerdas”.
[HR. Ibnu Abid-Dunya di dalam kitabul-Maut. Thabrani di dalam Ash-Shaghir)
Jadi dalam Islam manusia cerdas adalah justru manusia yang paling
banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya sebaik mungkin.
Tapi tentu saja ini definisi substantif Sahabat, karena makna
mengingat kematian sangat luas perspektifnya apalagi ditambah dengan
upaya mempersiapkan kematian.
Nah bagaimana dengan Ibu cerdas?. Merujuk definisi dari hadits di
atas dan lainnya maka intinya seorang ibu cerdas adalah ibu yang mampu
menggunakan kemampuan akal dan ketrampilannya dalam rangka membimbing
anak-anaknya menuju kebaikan dunia dan akhirat.
Ibu cerdas harus dihubungkan dengan perannya sebagai induk
anak-anaknya. Karena Ibu adalah sosok yang melahirkan dan punya
tanggung jawab penting dalam tumbuh kembang anak-anaknya.
Ibu cerdas tidak dilihat dari strata pendidikannya, status sosial maupun ekonomi atau jenis pekerjaan harian yang diembannya.
Ia bisa saja seorang wanita yang tinggal di kampung kecil, perempuan
sederhana yang tak terlalu mendengar gegap gempita kota atau perempuan
biasa-biasa saja yang tidak diunggulkan oleh siapapun bahkan ditokohkan
media massa.
So sekali lagi sudahkah kita menjadi Ibu cerdas?. Jika merasa belum
yakin, maka kita mesti berbenah dengan mengetahui apa tanda-tanda atau
kriteria minimal Ibu cerdas.
Kriteria minimal ini artinya ukuran-ukuran minimal yang seharusnya
dimiliki oleh Ibu disebut cerdas. Ada banyak hal seorang ibu disebut
cerdas tapi jika memiliki 5 tanda penting berikut, maka layaklah seorang
Ibu disebut cerdas buat anak-anaknya.
Jadi ayo songsong anak-anak kita menjadi harapan rasulullah SAW melalui tangan-tangan halus Ibunya yang cerdas pula ya
1.Mengajarkan siapa Tuhannya
Ibu yang cerdas adalah mereka yang mengenal Tuhannya dengan baik dan
memahami aturan perintah maupun larangannya. Ibu cerdas mengajak putra
putrinya mengenal Allah SWT dengan pendekatan persuasif melalui
pengenalan alam semesta, Al Quran dan sunah- Nabi SAW dari yang
sederhana dilakukan di rumah. Indikator dari kriteria ini antara lain:
membiasakan berdoa dalam kegiatan keseharian, mengingatkan shalat dengan
tertib, mengajar dan menemani mengaji. Tak lupa adalah mengenalkan
tentang hari akhir dengan bahasa sederhana tapi tidak menakut-nakuti.
Intinya Ibu bisa mengajak anak-anaknya menjadi hamba yang disayangi
Allah.
2. Menanamkan kecintaan belajar
Ibu yang cerdas meski bukan sarjana sekalipun amat memahami
pentingnya memiliki ilmu pengetahuan dan menjadikannya bekal dalam
kehidupan. Kita bisa menyaksikan ribuan orang sukses lahir dari rahim
ibu-ibu yang sederhana hidupnya tapi memiliki komitmen untuk mendampingi
anaknya belajar agar menguasai pengetahuan. Indikator sederhana adalah
menemani anak-anaknya membaca buku, menyelesaikan tugas, mendongeng atau
bercerita.
3. Selalu memotivasi dan bersemangat
Itu artinya Ibu cerdas juga sosok yang bisa memotivasi diri. Tak
mungkin ia bisa menularkan virus motivasi kepada anak-anaknya jika ia
sendiri lemah dan malas. Indikator sosok ini adalah senantiasa ceria,
bersemangat mengisi hari, tak kehabisan ide untuk mencoba sesuatu
apalagi yang baru, mengajarkan anak pentingnya waktu dan mengisinya
dengan hal-hal berguna. Dan meyakini bahwa cita-cita setinggi apa pun
Insya Allah bisa diperjuangkan.
4.Mengingatkan untuk peduli dan menyayangi sesama
Sulit membentuk jiwa peduli pada anak jika orang tua terutama Ibu
juga tak membiasakan atau mengingatkannya. Jika anak bertengkar satu
sama lain Ibu harus punya keberanian menegur dalam bahasa cinta dan
kasih sayang. Tak apa mengingatkan berulang meski mungkin mereka bosan.
Pengulangan akan tersimpan di otaknya , meyakinkan mereka bahwa Ibu tak
menyukai tindakan mereka tapi lain halnya jika dibiarkan saja.
Demikian pula dengan rasa peduli dengan orang lain. Ibu harus
mengajaknya dengan bahasa contoh. Berbagi makanan dengan tetangga,
menyuruh anak memberi uang pada pengemis, melebihkan bekal ke sekolah
agar bisa berbagi dengan teman-temannya, menjamu kawan-kawan anak jika
main ke rumah. Tak kalah penting membiasakan bertutur kata baik dan
sopan kepada saudara, pembantu maupun orang lain. Inti dari kriteria
ini adalah mengingatkan anak bahwa kita tidak bisa hidup sendiri
melainkan membutuhkan teman untuk hidup bersama.
5.Membiasakan bersabar dan mengucap syukur
Bahwa hidup harus berjuang, bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus
berkorban, bahwa kehidupan tak selamanya enak dan manis wajib ditanamkan
secara perlahan kepada anak. Untuk menjadi orang baik tidak gampang
tapi dibutuhkan kesabaran dalam menaati aturan Allah, walaupun berat
tapi setiap kesabaran akan ada buahnya.
Belajar juga harus sabar, tidak berkeluh kesah dan mudah putus asa.
Ibu cerdas juga membiasakan putra-putrinya untuk mengucap syukur atas
apa yang mereka peroleh. Sekecil apa pun yang dirasakan harus
senantiasa disyukuri Bersyukur hari ini anak-anak sehat, bisa makan
walau ala kadarnya, bisa sekolah, bisa bermain dan sebagainya. Hidup
akan terasa indah dan ringan jika disyukuri kira-kira demikian.
Oke Sahabat Ummi, semoga 5 kriteria minimal ini bisa menjadi bekal
melangkah kita semua untuk menjadi Ibu yang cerdas buat anak-anak kita
ya. Mempersiapkan mereka menjadi anak-anak harapan umat yang sukses di
dunia juga bahagia di akhirat. Itulah salah satu makna luas mengapa
Rasulullah menyuruh kita cerdas mengingat kematian. Jika kematian
diingat, maka kita akan bersegera untuk bersiap-siap. Konsep merujuk
hari akhir akan menjadikan kita menjadi manusia yang sungguh-sungguh
menjalani hidup. Demikian pula Ibu yang cerdas pasti tak main-main
dalam mendidik putra-putrinya.
*sebuah renungan diri* By banyu ladhuni