Kita mungkin sering mendengar keluhan seperti ini dari banyak orang
tua. Hidup dengan peraturan bagi anak usia dini susah – susah gampang
untuk mereka laksanakan. Usia mereka yang sedang aktif dan ingin
mengetahui segala hal yang ada di sekitar lingkungannya terkadang sering
salah di artikan oleh orang dewasa. Kita sering mengatakan mereka
bandel, susah di atur hanya karena anak-anak itu tetap melanjutkan acara
bermainnya ketika di suruh mandi. Inez, sahabat saya yang penggiat
dunia anak mengatakan ini adalah Kita mengajarkan disiplin pada anak-anak untuk giat, untuk bekerja, untuk kebaikan. Bukan untuk membuat mereka menjadi loyo, pasif atau penurut bentuk ketidak adilan pada anak.
“Sebenarnya kita ini orang dewasa sering tidak adil pada anak. Coba
bayangkan ketika mereka asyik bermain,kita menyuruh mereka berhenti.
Bagaimana kalau kita sendiri yang lagi asyik mengerjakan sesuatu di
suruh berhenti? Apa yang akan kamu lakukan? Berhenti atau malah tetap
melanjutkan?”
“Lanjutkan! Saya tersenyum menirukan slogan salah satu partai besar.
“Berarti kamu bandel dong!”
“Ya ngga juga. aku tahu kapan harus berhenti dan kapan harus melanjutkan”.
“Nah, itu karena kamu orang dewasa sudah mengerti dengan aturan.
Bagaimana dengan anak? Apakah orang tua sudah memberitahu sebelumnya
soal aturan ini itu pada anaknya? Jangan main di labeli saja anak – anak
itu dengan kata – kata susah di atur, bandel. Saya hanya
manggut-manggut mendengarnya.
Tips menerapkan aturan pada anak
1) Di mulai dari rumah. Ajaklah si kecil berdiskusi mengenai
aturan yang akan di berlakukan di rumah. Buatlah peraturan yang jelas,
masuk akal dan sesuai dengan umur anak. Jangan terlalu banyak membuat
peraturan. Sebaiknya buatlah peraturan yang benar – benar bisa di
aplikasikan dalam hidup sehari-hari.
2) Terangkan dengan bahasa sederhana, tidak berbelit – belit dan
tegas agar anak mengerti dengan aturan tersebut . Kesimpulannya
peraturan atau instruksi anda jelas. Jangan lupa terangkan alasan yang
masuk akal kenapa dia harus mematuhinya. Misalnya : Kamu harus tidur
siang sepulang sekolah, agar nanti sore ketika belajar mengaji tidak
mengantuk. Atau bisa juga, sebaiknya mainan yang sudah selesai di
pergunakan, di rapikan dan di kembalikan ke tempat semula. Jadi kalau
kamu mau main lagi, tidak perlu buang – buang waktu mencarinya.
3) Sering – seringlah meluangkan waktu dengan si kecil untuk
mendiskusikan peraturan yang telah di buat. Kecenderungan si usia dini
adalah,mereka akan mengingat lebih baik lagi apabila kita sering
mengulang-ulang yang pernah di terangkan pada mereka.
4) Konsisten dengan peraturan yang telah dibuat. Ajaklah anak
untuk mematuhi apa yang telah di sepakati. Tetapi jangan juga terlalu
berharap bahwa si kecil akan selalu mematuhinya. Jika dia melanggar,
jangan langsung menghukumnya. Alih-alih kesal atau menunjukkan reaksi
marah, bicaralah dengan tenang kepada si kecil. Misalnya, si kecil
membiarkan buku-bukunya berserakan di lantai dan tempat tidurnya ketika
selesai membaca. Belum lagi remah – remah roti cemilannya ketika
membaca tadi, di biarkan begitu saja. Suasana kamar si kecil mungkin
sudah sangat berantakan. Tahan amarah anda! Tanyalah kenapa dia tidak
mau membereskan. Dengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Dari alasan
tersebut baru mengambil sikap. Bila alasannya karena malas, jelaskan
pada dia tentang arti bertanggung jawab. Ulang kembali peraturan yang
pernah di buat bersama dulu. Berikan sapu kecil agar dia bersedia
menyapu remah-remah roti yang berserakan. Setelah selesai minta dia
mengembalikan buku ke rak yang ada. Jangan lupa menawarkan bantuan anda.
5) Jadikan diri anda model yang baik bagi anak. Kita sebagai
orang dewasa sering tidak mencontohkan hal yang baik pada si usia dini.
Menuntut anak untuk ikut aturan sementara kita sendiri melanggarnya.
Contoh sederhana, kalau pulang sekolah kita menuntut anak menaruh tas,
sepatu pada tempat yang sudah di sediakan. Tas di taruh di meja belajar
yang ada di dalam kamar tidur mereka. Sepatu di susun rapi di rak yang
terdapat di ruang belakang. Coba perhatikan diri anda, pernahkah ketika
pulang bekerja anda menaruh tas sembarangan di kursi tamu atau malah di
biarkan menggeletak di lantai. Sepatu terkadang ada di kamar tidur ,
nanti kalau malam tinggal minta tolong pembantu menaruhnya di tempat
yang seharusnya. Kenapa anda melakukan hal ini? Alasannya barangkali
hanya satu, lelah pulang bekerja. Tidakkah kita juga berpikir si kecil
juga merasa lelah ketika pulang dari sekolahnya? Lantas kenapa kita
mencap dia tidak patuh dengan peraturan, kalau kita sendiri bahkan lebih
sering melanggar dari pada dia. Anda sendiri sebagai orang tua juga
perlu mentaati peraturan.
6) Anak-anak sangat suka apabila pekerjaan mereka di hargai.
Jangan pelit memuji si kecil bila dia mematuhi aturan yang telah di
buat. Misalnya ; ketika melihat kamarnya yang selalu rapi, ungkapkan
rasa senang anda,” Terima kasih ya sayang, kamu telah membantu
meringankan pekerjaan Mama dalam urusan beres-beres kamar”. Pujian atau
penghargaan tidak selalu harus dalam bentuk barang .Senyum yang di
sertai pujian yang tulus terkadang membuat si anak merasa sangat
berarti. Tidak masalah juga apabila anda sesekali memberi barang selama
anda mengarahkan untuk hal yang positif. Misalnya, anda memberi buku
cerita karakter karena tahu si kecil menyukai tokoh karakter tersebut.
7) Berlakukan konsekuensi bila anak melanggar aturan yang di
buat. Tetapi ingat jangan pernah memberi hukuman fisik, walaupun hanya
menjewer kupingnya. Anak akan menyimpan dengan baik di memori otaknya
terhadap perlakuan kasar anda. Jangan pernah meninggalkan dendam atau
trauma dalam hidup mereka. Hadapi rengekan mereka dengan tenang dan
jangan terpancing ketika hukuman di berlakukan. Seringkali kita merasa
tak tega menghukum anak hanya karena melihat raut muka si kecil berubah
menjadi sendu atau bahkan menangis.
8) Aturan untuk orang dewasa dan anak – anak pasti berbeda.
Jelaskan aturan pengecualian ini kepada anak anda sehingga tidak timbul
salah pengertian di kemudian hari. Misalnya : jam tidur anak dan orang
dewasa itu berbeda.
Tips sederhana Mengkomunikasikan Aturan dengan Anak
- Gunakan bahasa positif dan diucapkan dengan jelas dan tidak bertele-tele.
- Katakan dengan singkat,jelas dan padat.
- Mendengarkan anak dengan penuh perhatian. Biasakan melakukan kontak fisik atau mata. Contoh : menepuk pundak,mengusap kepala.
- Berbicara dengan ekspresi wajah,bahasa tubuh dan nada suara yang pas.
- Biasakan berdisiplin dengan waktu dan bangun keyakinan anak bahwa bila disiplin pasti kelak berhasil.
Beberapa Aturan Hidup Bermasyarakat
- Memperkenalkan Diri
“ Aduh, suka ngga enak hati deh , kalau bawa Intan ke pesta ulang
tahun. Itu anak sukanya ngumpet saja dibelakang aku. Di tanya nama ngga
mau jawab”. Pernahkah kita mendengar pembicaraan seperti ini di kalangan
Ibu – Ibu kalau lagi berkumpul? Kalau hal ini terjadi pada anak anda
apa yang akan anda lakukan? Apakah anda juga tidak enak hati seperti
ungkapan Ibu di atas. Dalam satu pesta ulang tahun anak teman, saya
pernah melihat seorang Ibu memarahi anaknya hanya karena si anak menolak
untuk bersalaman dengan tuan rumah. Si anak di nilai tidak sopan.
Reaksi si anak cuma menunduk diam. Melihat anaknya terdiam, Si Ibu tadi
bukannya berhenti malah semakin menjadi – jadi. Entah apa perasaan anak
tersebut saat itu. Malu, sakit hati bahkan mungkin juga terluka karena
Ibunya sendiri memarahi dia di depan orang banyak. Siapa yang salah?
- Ada baiknya dalam satu kesempatan ketika berdua dengan si
kecil anda mengajak dia berdiskusi tentang hidup bermasyarakat. Jelaskan
pada dia bahwa sebagai manusia kita ini tidak bisa hidup sendiri dan
selalu membutuhkan orang lain di sekeliling kita, walaupun itu hanya
sekedar teman untuk berbicara. Agar tercipta hubungan yang baik setiap
individu harus melaksanakan aturan – aturan yang berlaku. Berikan contoh
kasus sederhana, semisal ; apa yang akan kamu lakukan bila pindah
sekolah? Mungkin anak anda akan diam. Bantulah dia menjawab pertanyaan
tersebut dengan memberikan contoh diri anda sendiri. “ Dulu waktu Ibu
pindak sekolah, Ibu selalu mencari teman baru. Ibu akan berkeliling
memperkenalkan diri sama teman – teman yang ada di kelas. Kalau kamu
sendiri bagaimana? Selalu mendengarkan dengan seksama setiap jawaban
yang keluar dari mulut si kecil, karena anda sedang memberikan sebuah
pelajaran hidup tanpa sepengetahuan mereka. Tanamkan citra diri positif
ketika dia mengemukakan sebuah hal yang tidak di sukainya. Misalnya,
bagaimana kalau teman baru suka mengganggu? Alih – alih menyuruh dia
menjauh dari teman baru tersebut, lebih baik berkata, “ belum di coba
kok sudah berpikiran buruk”.
- Luangkan waktu untuk bermain pura-pura mengenai cara
memperkenalkan diri dengan orang baru. Ajarkan kalimat sederhana
misalnya, halo, perkenalkan namaku Azra.Kalau namamu siapa? Jangan lupa
apabila dia berhadapan dengan yang lebih tua, maka dia harus
menggunakan kata Bapak atau Ibu. Selipkan bagaimana cara bersalaman
sesuai dengan budaya timur.
- Praktek nyata. Apabila anak anda mendapat undangan
perayaan hari kelahiran, atau undangan lain yang sejenis saatnya dia
mulai mempraktekkan apa yang telah anda ajarkan. Jangan menegur langsung
apabila dia masih terlihat malu – malu atau melakukan kesalahan.
Sebaiknya beri dia semangat agar lebih percaya diri menunjukkan
keberadaan dirinya. Jangan pernah menyalahkan si kecil. Langkah –
langkah sederhana untuk memperkenalkan sopan santun ini lama kelamaan
akan menjadi kebiasaan bagi si kecil.
- B. Maaf, Tolong dan Terima Kasih
“ Mba ambil sepatu”. Seorang anak berumur lima tahun berteriak dan
tiba – tiba seorang asisten rumah tangga bergegas mengambilkan sepatu
yang diminta, menyerahkan pada yang meminta tadi dan berlalu tanpa ada
ucapan apapun dari orang yang menyuruh mengambilkan tadi. Bagaimana
perasaan anda kalau hal ini terjadi di depan mata? Gemas dan dalam hati
berujar “ ya ampun!Ini anak ngga ada sopan santunnya”, atau “ Bapak dan
Ibunya tidak mengajarkan bahasa yang lebih santun ya”. Bagaimana kalau
itu terjadi pada putra atau putri anda? Apa perasaan anda bila di cap
sebagai orang tua yang tak mengajarkan sopan santun pada anak?
Anak usia dini perlu di ajarkan beberapa kata ajaib seperti Maaf,
tolong dan terima kasih. Cara paling tepat mengajarkannya adalah dengan
mempergunakan sesering mungkin kata – kata ajaib itu dalam keseharian
anda. Rajinlah mempergunakan kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ bila anda
bermaksud meminta bantuan siapapun termasuk si kecil sekalipung. “ Nak,
bisa tolong Ibu mengambilkan pulpen dimeja kerja”. “ Terima kasih ya
atas bantuannya”. Jangan lupa tambahkan senyum manis yang tulus di
ucapan terima kasih anda. Pertama mungkin hal itu biasa bagi si kecil,
tetapi apabila kita konsisten mempergunakannya, anak akan terbiasa
mendengar dan akan mempraktekkan sesuai yang di dengarkan dan di
lihatnya. Apabila si kecil meminta sesuatu pada anda tidak di ikuti
dengan kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ , Usahakan jangan menjawab
permintaan tersebut langsung , tetapi ingatkan dia dengan bahasa yang
baik ,” sepertinya kamu melupakan kata ajaib yang biasa kita gunakan”.
Ini langkah sederhana tetapi penting untuk di lakukan.
Berkaitan dengan kata ‘Maaf’, sering sekali kita dengar keluhan dari
orang tua anaknya susah sekali mengucapkan kalimat ini walaupun jelas –
jelas si kecil telah melakukan kesalahan. Si kecil seolah mengunci mulut
rapat – rapat bila di minta mengucapkan kata maaf untuk perbuatan yang
telah dilakukannya. Perhatikan diri sendiri , sudahkah anda berjiwa
sportif mengakui dengan lapang dada setiap kesalahan dengan cara
mengulurkan tangan meminta maaf pada orang yang telah anda kecewakan?
Kalau belum saatnya berubah karena anda akan menjadi model yang akan di
tiru sang anak. Kalau jawabannya sudah, saatnya anda menularkan itu pada
anak anda. Ajaklah anak berdiskusi tentang pentingnya memiliki sifat
sportif dan berani mengakui kesalahan yang di lakukan. Sama seperti
kata ajaib tolong dan terima kasih, praktekkan kata maaf ini dalam
kehidupan sehari-hari kita. Jangan sungkan meminta maaf pada si kecil
jika anda merasa telah mengecewakannya, misalnya, ketika dia di janjikan
jalan – jalan ke toko buku dan anda lupa melaksanakannya. Sampaikan
kata maaf dan penyesalan anda dan segeralah memenuhi janji jika anda
sudah memiliki waktu. Permintaan maaf anda di ingat si kecil sebagai
sebuah pelajaran yang berharga, bahwa kata maaf bisa di ucapkan siapa
saja, tak peduli dari yang tua atau yang muda atau sebaliknya. Selamat
mempraktekkan kata-kata ajaib di atas J
- C. Mari Antri dan Berbagi
Begitu pentingkah hidup berbagi? Pertanyaan sederhana yang seharusnya
sederhana juga menjawabnya yaitu penting. Tetapi implementasinya yang
sangat sulit.
Pengenalan sederhana tentang pentingnya hidup berbagi (sharing) ini
dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari – hari melalui kegiatan yang
sering di kerjakan anak.
- Pada orang tua yang memiliki anak lebih dari satu cobalah
sisihkan waktu anda yang padat karena rutinitas kerja untuk menemani
anak – anak ketika mereka bermain di sana. Lihatlah polah anak anda.
Terkadang mereka saling berebut mainan favorit. Di sinilah waktu terbaik
untuk memperkenalkan indahnya konsep saling berbagi ini. Sebagai orang
tua perhatikan siapa yang terlebih dahulu mendapatkan mainan favorit
itu,misalnya si Kakak. Alih – alih menyuruh si Kakak untuk mengalah
pada adiknya dengan alasan adik masih kecil dan belum mengerti apa- apa,
anda sebaiknya menengahi dengan memberikan penjelasan bahwa yang
mendapatkan mainan tersebut pertama kali si Kakak dan dia bisa bermain
dengan mainan tersebut untuk beberapa saat. Ada baiknya memasang
penunjuk waktu (timer). Katakan pada anak – anak, “karena kakak yang
pertama , maka dia berhak untuk bermain duluan dengan waktu sepuluh
menit. Nanti kalau waktunya sudah habis, giliran adik berikutnya ya”.
Pasang penunjuk jam di depan mereka, apabila jam berbunyi si kakak
harus menyerahkan mainan pada adiknya. Alternantif lain yang bisa di
lakukan adalah dengan mengajak anak untuk saling bertukar mainan favorit
mereka. “Sepertinya Adik juga harus merasakan serunya bermain dengan
mainan favorit Kakak , begitupun sebaliknya. Bagaimana kalau kalian
saling bertukar mainan? Nanti ceritakan pada Bunda serunya bermain
dengan mainan itu”. Lihat bagaimana keseruan yang mereka ciptakan.
Kehadiran anda sebagai orang tua seringkali di butuhkan oleh anak-anak
sebagai penengah sebelum keributan memuncak di antara mereka dan selain
itu anda bisa mendorong anak untuk bermain dengan baik. Tetapi apabila
selama proses bermain mereka tetap tidak mau mengalah satu sama lain,
bereskan semua mainan tersebut dan simpanlah sebagai bentuk kekecewaan
anda karena mereka tidak mau berbagi. Sampaikan kekecewaan tersebut pada
mereka, dan biarkan mereka berpikir tentang apa yang anda rasakan.
- Mengundang teman untuk bermain ke rumah. Sering kali
beberapa anak pra sekolah mengundang teman-teman sekelas mereka untuk
bermain bersama di rumah. Sebelum waktu itu tiba ajaklah anak untuk
berdiskusi ringan tentang hidup berbagi. Katakan pada mereka mungkin
saja nanti selama bermain, teman-teman akan bermain dengan benda – benda
kesayangan si anak. Berilah pengertian bahwa tidak masalah bila teman-
teman meminjamnya di waktu bermain tersebut. Sebisa mungkin damping anak
– anak ketika mereka sedang bermain.
- Jam sekolah yang padat sering membuat orang tua membekali
anak- anak dengan makanan yang beraneka ragam untuk di konsumsi di
sekolah. Sesekali , bekal anak anda di lebihkan dari yang semestinya. “
Hari ini bekal makan siangmu sedikit agak banyak. Sengaja Bunda
lebihkan, siapa tahu ada teman-temanmu yang mau mencoba resep masakan
yang Bunda buat”. Informasikan hal ini pada guru wali kelas si anak
sehingga guru tidak salah paham dan menyuruh si anak menghabiskan
makanan dalam porsi berlebih tersebut. Hal ini di maksudkan karena di
beberapa sekolah ada yang membuat aturan bahwa setiap anak sebisa
mungkin menghabiskan bekal yang di bawa dari rumah. Biasanya di awal
tahun pelajaran sekolah memberikan penjelasan agar orang tua membekali
anak dalam porsi yang semestinya,tidak berlebihan dan tidak pula
sedikit. Pembelajaran moral yang sederhana tentang bagaimana mensyukuri
nikmat yang telah di berikan Tuhan kepada manusia dengan cara tidak
membuang- buang makanan.
- Permainan pilihan : Buatlah acara diskusi anda dengan si
kecil menjadi bermakna dan dalam suasana santai melalui permainan
pilihan. Caranya, ceritakan tentang kisah dua anak yang saling berbeda
satu sama lain perangainya. Sebut saja A, dia seorang anak yang suka
berbagi, sehingga dia di senangi banyak orang . sedangkan B adalah anak
yang mau mementingkan kepentingannya sendiri dan akibatnya dia di jauhi
sebagian teman-teman bermainnya. Berikan permasalahan pada si anak, apa
yang akan terjadi jika suatu saat si A dan si B ini mendapat masalah dan
membutuhkan bantuan dari orang lain. Siapa yang akan mendapat
pertolongan pertama dari teman-temannya? Biarkan anak memikirkan
jawabannya terlebih dahulu. Jangan memotong kalau dia menyampaikan
jawabannya. Setelah dia menyampaikan pikirannya, barulah anda sebagai
orang tua merangkumnya dalam bahasa yang mudah di mengeri anak. Intinya
tekankan bahwa sikap berbagi itu memberikan keuntungan yang positif
dalam hidup dan sikap egois mendatangkan kerugian. Anda bisa melengkapi
permainan dengan kartu – kartu gambar yang di buat sendiri.
- Tak ada salahnya suatu waktu anda mengajak si kecil ke
Panti Asuhan, Panti jompo, atau penampuangan anak yang lain untuk
memperlihatkan kepada mereka bahwa kehidupan yang sedang di jalaninya
sekarang jauh lebih beruntung daripada mereka yang sedang di temui saat
itu. Dan karena keberuntungan itu dan sebagai bentuk rasa bersyukur pada
Sang Pencipta, kita harus berbagi dengan yang kurang beruntung. Sebelum
berangkat, mungkin anda mempersiapkan makan siang sebagai oleh-oleh
kunjungan. Diskusikan bahwa semua makanan ini di peruntukkan bagi
teman-teman/orang – orang yang akan kita kunjungi. Anak juga dapat
membantu mempersiapkan makanan tersebut untuk beberapa pekerjaan yang
sederhana seperti, melibatkan dia untuk pemilihan menu (contohnya, “
menurut adek teman – teman di panti suka tidak kalau kita berikan menu
ayam goreng kesukaan Adek?) , atau mengizinkan dia untuk memasukkan
kerupuk ke dalam plastik. Selama kegiatan tersebut tidak membahayakan,
biarkan dia berkontribusi sehingga anak lebih bersemangat dan merasa di
dengarkan pendapatnya.
- D. Menjadi Berani
Banyak dari kita baik sebagai orang tua maupun guru di pusingkan
dengan sikap pemalu seorang anak. Setiap kali di suruh melakukan
sesuatu, sia anak selalu menarik diri dan tidak mau melakukannya. Bila
bersama dengan orang tua, si anak punya kecenderungan untuk berada di
belakang Ibunya sambil memegangi ujung pakaian yang di kenakan si Ibu.
Mungkin tips berikut ini bisa di coba agar si pemalu menjadi tampil
lebih percaya diri dan berani.
- Jangan mengejeknya dan memanggil dengan julukan pemalu.
Bila anda mulai memanggil si anak baik berdua ataupun di tempat
keramaian dengan memberikan julukan si pemalu, maka hal tersebut akan
menempel dio benak mereka. Tanpa anda sadari, julukan atau panggilan
yang anda berikan telah membuat si anak benar – benar mengira bahwa
mereka benar – benar seorang pemalu. Bila anda lakukan ini di tempat
umum, si anak bisa berubah menjadi murung dan menarik diri dan akibat
yang lebih ftal dia bisa kehilangan kepercayaan diri. Bila dia menolak
untuk bermain bersama dengan teman – teman baik yang sudah di kenal
maupun yang baru , jangan pernah mengejeknya sebagai seorang anak
penakut. Bujuklah , hiburlah dia dan berikan dia waktu untuk belajar
lebih lagi tentang bersosialisasi dengan orang lain. Temanilah dia pada
saat bermain bersama teman-temannya. Anda bisa meninggalkan dia , bila
dia sudah merasa nyaman bersama teman – teman. Jangan menyuruh dia
untuk melakukan ini itu atau memaksa dia untuk secepat mungkin bergaul
akrab. Biarkan dia berinisiatif mengikuti permainan yang sedang di
lakukan kelompoknya. Jika tiba – tiba anda melihatnya sendirian di
tengah teman – temannya, padahal dia ingin bergabung, beri si kecil
dorongan dengan mengatakan, misalnya, “mengapa kamu tidak memperlihatkan
buku yang baru Ibu belikan kemarin?”
- Terima dia apa adanya. Jangan pernah membandingkan anak
pemalu dengan saudara atau temannya yang periang. Hal ini bisa membuat
anak berkecil hati. Biarkan dia menjadi dirinya, yang perlu anda lakukan
adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi dia untuk
mengetahui bahwa bersama itu sangat menyenangkan. Secara perlahan ketika
dia menyadari senangnya bila kita mempunyai teman yang banyak, sifat
pemalunya akan hilang dengan sendiri.
- Berilah dia pujian positif bila berhasil melepaskan sifat
pemalunya secara perlahan. Perlihatkan padanya bahwa dia sama dengan
yang lain. Jangan lupa untuk terus member dukungan saat dia mulai
bergabung dengan teman teman sebayanya. Jika dia mulai tidak nyaman dan
teman – temannya mulai tak peduli, dorong dia dengan memberi tahu
kelebihannya. Jika belum berhasil, dengarkan keluh kesahnya dengan
sabar. Mungkin dia butuh berbicara pada anda. Besarkan hatinya. Mungkin
anda perlu mengajak dia sesekali bergaul dengan teman - teman yang
usianya sedikti lebih muda. Ini akan membantu menumbuhkan kembali sikap
percaya dirinya.
- Penggambaran karakter pemberani lewat bercerita
Ketika membacakan cerita pada anak pemalu, ada baiknya judul cerita
tersebut tentang pentingnya berteman dalam hidup dan menghindari sifat
pemalu, karena hal itu justru bisa merugikan hidup kita. Misalnya kita
menceritakan dongeng seekor hewan yang suka menyendiri dan tidak mau
berteman karena sangat pemalu , tapi akhirnya hewan tersebut menyadari
pentingnya mempunyai kawan ketika menghadapi hewan lain yang bermaksud
tidak baik kepadanya.