Assalamualaikum wr wb
PERANTAUAN MENUJU HADIRAT ALLAH DAN KEKAL BERSAMA-NYA
Matilah sebelum dimatikan, pada hakikatnya adalah terbebasnya ruh
(ruhani) dari jasad (jasmani). Jadi upayakanlah dalam kehidupan ini ruh
(ruhani) kita tidak terkukung oleh jasmani atau tidak terkukung oleh
hawa nafsu. Upayakanlah ruh (ruhani) kita mengendalikan hawa nafsu bukan
hawa nafsu yang mengendalikan ruh (ruhani) kita.Mereka yang berjaya
menahan nafsunya dan menawan nafsunya adalah dikatakan telah mendapat
rahmat Tuhan serta petunjukNya yang menjadi akal kepada manusia. Manusia
yang berakal masih lagi disulubung nafsu belum mendapat cahaya ilahi
yang menyinari kegelapan hatinya. Untuk mereka yang bersunggguh-sungguh
mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya semasa hidup hendaklah mati
nafsunya “ MATILAH KAMU SEBELUM DIMATIKAN” artinya mati nafsu maka
barulah dibukakan jalan untuk kembali dan mengenal Allah
sebenar-benarnya kerana Allah itu suci
Nafsu (Nafs) adalah diri
kita, apabila kita mengenal diri kita dengan sebenar-benar kenal melalui
: DIRI TERDIRI, DIRI TERPERI, DIRI SEBENAR DIRI, DIRI TAJALLI maka,
kita akan mampu 'mengawal' diri kita, kerana dalam diri kita terdapat
nafsu yang disebut 7 martabat nafsu. Bermula dengan tingkatan martabat
nafsu yang paling rendah dan buruk yaitu nafsu AMARAH, kemudian LAWAMAH,
kemudian MULHAMAH, kemudian MUTHMAINAH, kemudian RADIAH, kemudian
MARDIAH dan akhir sekali KAMALIAH
Allah swt. Berfirman:“Demi nafsu (manusia) dan kesempurnaan (kejadian) maka Allah mengilhamkan kepada nafsu itu jalan kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan nafsunya”(QS. Surah Asy Syam:7-10)
Allah swt. Berfirman:“Demi nafsu (manusia) dan kesempurnaan (kejadian) maka Allah mengilhamkan kepada nafsu itu jalan kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan nafsunya”(QS. Surah Asy Syam:7-10)
Menuju Allah
menggunakan “ILMU” yang pembahasannya berkisar Alam Semesta
(ciptaan-Nya/benda), selanjutnya “MAKRIFAT” membahas Sang Pencipta
(Ghaib). Ilmu membahas yang berbilang sedangkan Makrifat membahas Yang
Satu. Ilmu bersumber dari Pancaindra sedangkan Makrifat ke Hati atau
Mata Hati
Pembahasan di atas membicarakan kendaraan Ilmu dan
Makrifat atau Jasad dan Jiwa . Akhir dari kendaraan Ilmu dengan tujuan
alam semesta diganti oleh kendaraan Makrifat dengan tujuan hanya Sang
Pencipta (Sang Khaliq) melalui pembahasan ilmu makrifat meliputi:
AF’ALULLAH (Alam Nasut), ASMAULLAH (Alam Malakut), SIFATULLAH (Alam
Jabarut) dan ZATULLAH (Alam Lahut) pada maqam “Matilah kamu sebelum
mati” (al Hadits)... Mati Tabi’i, Mati Maknawi, Mati Sirri dan Mati
Hissi . Ahir perantauan maka kendaraan makrifat harus ditinggalkan ……,
seperti firman Allah swt: “ Lepaskanlah kedua Alas kakimu, bahwasanya
engkau berada di lembah suci – Tuwa” (QS. Thoha, 20: 12). ………….. untuk
menuju Allah swt yaitu FANA FILLAH (lebur ke hadirat Ahadiyah) dan BAQA
BILLAH (kekal bersama Allah) seperti firman Allah swt: “Sungguh
orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman dan sungai-sungai, di
tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Mahakuasa. Mereka itulah
penghuni surga, mereka kekal dalamnya (QS. Al-Qamar, 54: 54-55).. lihat
Buku Sirr As Sirr Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Kedua alas kaki dimaksud adalah Jasad (Ilmu) dan Jiwa atau Bathin atau Ruhani (Makrifat) yang harus dilepaskan ketika bertemu Sang Khaliq
Kedua alas kaki dimaksud adalah Jasad (Ilmu) dan Jiwa atau Bathin atau Ruhani (Makrifat) yang harus dilepaskan ketika bertemu Sang Khaliq
Sebaik-baik ilmu adalah Ilmu Allah dan kita hanya menyampaikan ..
seperti bunyi hadits: “Sampaikanlah dariku (Muhammad saw) walaupun satu
ayat”, semoga Allah menetapkan ilmu yang dimiliki dan selalu melimpahkan
hidayahnya-Nya sehingga kita selalu merasa Takjub dan Bersyukur atas
pemberian-Nya,…. amin